Inflasi Belum Terungkit, BI Bakal Pertahankan Bunga Rendah Tahun Ini
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi secara tahunan (year on year) pada Mei 2021 hanya mencapai 1,68%, masih berada di bawah target inflasi Bank Indonesia 2% hingga 4%. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menegaskan masih akan menempuh kebijakan suku bunga rendah pada tahun ini seiring belum adanya tanda-tanda kenaikan inflasi.
"Tanda-tanda kenaikan inflasi kemungkinan baru tahun depan," kata Perry dalam Rapat Kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat, Rabu (2/6).
BI, menurut dia, kemungkinan masih akan mempertahankan bunga acuan saat ini yang sebesar 3,5%, level terendah sepanjang sejarah. Sepanjang tahun ini, bank sentral telah memangkas 150 bps.
Namun, ia bersama Komite Stabilitas Sistem Keuangan memastikan akan terus mendorong penurunan suku bunga kredit. "Spread antara suku bunga perbankan dengan kebijakan masih jauh," ujarnya.
Menurut dia, sejumlah bank sudah mulai menurunkan suku bunga kredit. Berdasarkan data bank sentral, suku bunga dasar kredit (SBDK) perbankan telah menurun sebesar 174 bps menjadi 8,9% pada Maret 2021.
Kelompok Bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatatkan penurunan SBDK yang paling dalam di antara kelompok bank lainnya yaitu sebesar 270 bps pada Maret 2021, sementara SBDK kelompok bank lainnya masih menurun secara terbatas. Meski demikian, penurunan SBDK belum diikuti dengan penurunan suku bunga kredit baru, yaitu hanya menurun sebesar 59 bps pada periode yang sama.
Berdasarkan kelompok bank, Bank Pembangunan Daerah (BPD), Bank Umum Syariah Negara (BUSN), dan bank BUMN mencatatkan penurunan suku bunga kredit baru yang masih sangat rendah, yaitu masing-masing sebesar 34 bps, 52 bps, dan 55 bps. Sementara itu, kelompok kantor cabang bank asing (KCBA) mengalami penurunan suku bunga kredit baru paling signifikan sebesar 158 bps.
Hal tersebut mendorong suku bunga kredit baru untuk kelompok BPD dan BUSN berada pada level tertinggi dibanding kelompok bank lainnya yaitu masing-masing sebesar 10,05% dan 9,32%. Sedangkan suku bunga kredit baru bank BUMN dan KCBA tercatat masing-masing 8,7% dan 5,34%.
Perry pun memperkirakan sektor keuangan masih akan bergerak lambat pada tahun depan meski ekonomi akan membaik dan tumbuh 5-5,5%. "Sehingga pelonggaran kebijakan moneter hingga makroprudensial masih akan kami teruskan," kata dia.
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi pada Mei 2021 sebesar 0,32% secara bulanan atau month on month (mom), meningkat dibandingkan April yang hanya 0,13%. Inflasi pada bulan lalu disumbang oleh kenaikan harga pangan dan tarif angkutan menjelang Lebaran.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, permintaan kenaikan terasa pada bulan lalu terutama menjelang Lebaran. Harga bahan pangan, seperti daging ayam, ikan segar, dan daging sapi berkontribusi terbesar terhadap inflasi Mei. "Daging ayam dan ikan segar memberikan andil inflasi 0,04% daging sapi 0,02%, sedangkan minyak goreng, lauk pauk menyumbang 0,01%," ujar Setianto dalam Konferensi Pers Pengumuman Inflasi, Rabu (2/6).
Meski demikian, menurut dia, ada sejumlah harga pangan yang menyumbang deflasi, yakni cabai merah dan cabai rawit dengan andil masing-masing 0,07% dan 0,05%. Inflasi sepanjang tahun ini (Januari-Mei 2021) atau year to date tercatat 0,9% sedangkan inflasi secara tahunan atau year on year mencapai 1,68%.
Selain harga pangan, inflasi juga disumbang oleh kenaikan tarif angkutan udara dengan andil 0,04%, serta kenaikan harga emas perhiasan, tarif angkutan antar kota dan kereta api yang memberikan andil masing-masing 0,01%.