BUMN Setor Dividen Rp 44 T Tahun lalu, 90% Disumbang Cuma 5 Perusahaan
Kementerian Keuangan mencatat, Badan Usaha Milik Negara menyetorkan dividen Rp 44,6 triliun pada tahun lalu. Mayoritas atau 90,6% dari total dividen disumbangkan oleh lima BUMN.
"Kelima BUMN tersebut adalah PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk, PT Pertamina, PT Bank Negara Indonesia (BNI) Tbk, PT Tekom Indonesia, dan PT Bank Mandiri Tbk," ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu dalam rapat bersama Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Kamis (10/6).
Ia memerinci, BRI berkontribusi sebesar 26,4% dari total dividen, Bank Mandiri sebesar 22,2%, Pertamina 19,1%, Telkom Indonesia 17,8% dan BNI 5,2%. Pendapatan dari dividen BUMN mendominasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) kekayaan negara dipisahkan (KND) mencapai 67,5% pada tahun lalu. Sementara sisanya, berasal dari pendapatan surplus Bank Indonesia bagian pemerintah.
PNBP KND pada tahun lalu tercatat Rp 66,1 triliun. Namun, angka tersebut belum diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan. "Pada tahun 2020 PNBP KND terkontraksi 18,1% terutama disebabkan adanya penurunan dividen," katanya.
Ia menyebutkan bahwa PNBP KND tumbuh rata-rata per tahun 24,7% pada periode 2016-2019. Namun pada tahun ini, PNBP KND ditargetkan hanya mencapai Rp 26,1 triliun dan sudah terealisasi Rp 14,2 triliun hingga April.
Kontribusi BUMN terhadap APBN, menurut Febrio, juga terus meningkat yakni pada 2017-2019 dengan pertumbuhan tertinggi 2018 mencapai 32%. Namun, turun pada tahun lalu akibat Pandemi Covid-19.
Kontribusi BUMN terbesar terhadap APBN 2020 berasal dari pajak yang mencapai 65%. Sisanya, berasal dari PNBP lainnya mencapai 23% dan dividen 12%. Kontribusi berupa pajak terdiri dari pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), bea cukai, pajak lain, dan retribusi Pemda. Sementara kontribusi berupa PNBP lainnya terdiri dari royalty, iuran migas, iuran jasa kepelabuhanan, dan lain-lain.
Dengan adanya pandemi serta tantangan inheren yang dihadapi, Febrio menjelaskan bahwa roadmap pengembangan BUMN 2020-2024 dibagi menjadi tiga tahapan. Tahapan tersebut yakni survival & kelangsungan hidup, tahap restrukturisasi & realignment, dan tahap inovasi & transformasi, dengan target berupa 88 proyek strategis.
Tahap pertama berlangsung saat ini hingga kuartal II 2021. Tahap kedua akan berlangsung hingga kuartal II 2022, dilanjutkan dengan tahapan ketiga hingga 2024.
Kementerian BUMN sebelumnya memperkirakan dividen perusahaan pelat merah selama dua tahun yakni 2021-2022 akan lebih rendah dari penyertaan modal negara (PMN). Menteri BUMN Erick Thohir memperkirakan beberapa perusahaan pelat merah masih terdampak Covid-19 sehingga setoran dividen belum maksimal.
"Suka tidak suka kondisinya pada 2021 dan 2022 memang seperti ini, namun pada 2023-2024 kami yakin keadaannya akan berubah di mana dividen akan lebih besar dari PMN, " ujar Erick dalam Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2021, akhir April 2021.
Pada tahun ini, dividen yang disetor BUMN diperkirakan Rp 28 triliun dan pada 2022 menjadi Rp 35 triliun. Angka tersebut lebih rendah dari kebutuhan PMN sebesar Rp 62 triliun.
Hanya beberapa perusahaan pelat merah yang bisa bertahan seperti BUMN kesehatan, asuransi, pangan, perkebunan dan kehutanan. Sedangkan untuk BUMN dalam bisnis tulang punggung antara lain mineral dan batu bara, telekomunikasi, jasa keuangan, minyak dan gas dan energi bakal tergerus cukup dalam.