Tujuh Bank Antre Go Digital di OJK, Siapa Saja Pemiliknya?

Image title
11 Juni 2021, 15:17
otoritas jasa keuangan, perbankan, bank digital
Humas Bank Jago
Ilustrasi. OJK menyebut, ada tujuh bank yang berencana untuk bertransformasi menjadi bank digital.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan ada tujuh bank yang berencana untuk menjadi bank digital. Pemilik bank-bank ini beragam, mulai dari pemerintah, Grup Djarum, hingga Jack Ma. Berikut pemilik bank yang siap go digital.

1. PT Bank Digital BCA

BCA Digital merupakan anak usaha PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang diakuisisi pada November 2019. Saat mengakuisisi bank yang sebelumnya bernama PT Bank Royal Indonesia ini, BCA menggelontorkan  dana hampir Rp 1 triliun untuk mengambil alih seluruh saham yang sebelumnya dimiliki keluarga Soemedi yang memiliki usaha baja di PT Master Steel Mfg dan PT Pulogadung Steel.

Adapun BCA dimiliki oleh kakak-beradik pemilik Grup Djarum yaitu Robert Budi Hartono dan adiknya Michael Bambang Hartono. Keduanya masuk melalui PT Dwimuria Investama Andalan yang mengempit hingga 13,54 miliar unit saham BCA atau setara 54,94%.

Bank Digital BCA tercatat memiliki modal inti senilai Rp 1,36 triliun per Maret 2021. Pada periode tersebut total aset bank ini mencapai Rp 2,92 triliun atau mengalami kenaikan dari Rp 2,89 triliun per Desember 2020.

Namun, Bank Digital BCA masih mencatatkan rugi Rp 5,67 miliar pada kuartal I-2021. Padahal,  bank ini mampu membukukan laba bersih mencapai Rp 24,34 miliar pada tiga bulan pertama 2020.

2. PT BRI Agroniaga Tbk (AGRO)

Berdasarkan catatan Katadata.co.id, transformasi BRI Agroniaga menjadi bank digital sudah disampaikan sejak Juli 2020 oleh pemiliknya PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang mengenggam 18,58 miliar unit saham atau setara 86,13% saham perusahaan.  BRI merupakan bank yang dimiliki oleh pemerintah dengan porsi saham 56,75% atau 70 miliar unit saham.

Berdasarkan laporan keuangannya, modal inti BRI Agro mencapai Rp 4,09 triliun per Maret 2021. Sementara, total aset bank ini mencapai Rp 24,9 triliun per Maret 2021 atau mengalami kenaikan dari Rp 28,01 triliun per Desember 2020.

BRI Agroniaga mencatatkan laba bersih senilai Rp 17,86 miliar pada triwulan I-2021. Catatan tersebut mengalami kenaikan dibandingkan periode sama tahun lalu yang senilai Rp 16,7 miliar.

3. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB)

Bank Neo Commerce sebelumnya bernama PT Bank Yudha Bhakti. Perubahan nama tersebut sejalan dengan masuknya PT Akulaku Silvrr Indonesia sebagai pemilik baru pada 2019. Akulaku memiliki 1,66 miliar unit saham atau setara 24,98% saham Neo Commerce.

Akulaku merupakan perusahaan teknologi finansial (fintech) peer to peer lending yang dimiliki oleh Ant Financial atau yang dulunya dikenal sebagai Alipay yang didirikan oleh pengusaha asal Tiongkok Jack Ma. Perusahaan ini terafiliasi dengan Alibaba Group yang berasal dari Tiongkok.

Berdasarkan laporan keuangan, Bank Neo Commerce memiliki modal inti senilai Rp 1,02 triliun per Maret 2021. Pada periode tersebut, bank ini memiliki jumlah aset mencapai Rp 5,73 triliun, meningkat dari Rp 5,42 triliun per Desember 2020.

Sayangnya, sepanjang kuartal I-2021 Bank Neo Commerce mencatatkan rugi Rp 50,27 miliar. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, bank masih membukukan laba senilai Rp 13,19 miliar.

4. PT Bank Capital Tbk (BACA)

Berdasarkan data RTI Infokom, saham pengendali Bank Capital digenggam oleh dua pihak yaitu PT Inigo Global Capital sebesar 14,71% dan PT Delta Indo Swakarsa sebesar 13,96%. Pemegang saham lainnya adalah Asuransi Simas Jiwa - Simas Equity Fund 2 sebesar 11,41% dan 59,92% lainnya dimiliki publik.

Bank Capital bersiap menjadi bank digital seiring kabar ketertarikan induk Shopee yaitu Sea Group untuk mengakuisisi bank tersebut. Tidak hanya itu, decacorn Grab juga disebut-sebut mengincar layanan digital bank nasional itu yaitu Capital Net.

Per Maret 2021, Bank Capital memiliki modal inti senilai Rp 1,46 triliun. Jumlah aset yang dimiliki mencapai Rp 20,37 triliun pada periode yang sama  atau mengalami kenaikan dari Desember 2020 senilai Rp 20,22 triliun 

Namun, laba bersih Bank Capital pada tiga bulan pertama tahun ini anjlok dari Rp 32,02 miliar pada kuartal I 2020 menjadi Rp 5,85 miliar.

5. PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI)

Bank Harda bersiap bertransformasi menjadi bank digital setelah proses akuisisi oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung pada 15 Maret 2021. Mega Corpora memegang 3,08 miliar unit saham Bank Harda atau setara 73,71%.

Fokus bisnis dalam tahap pertama setelah diakuisisi Mega Corpora, Bank Harda akan menggarap komunitas dari CT Corp. Komunitas ini bisa menjadi keunggulan Bank Harda dibanding bank digital lainnya.

CT Corp memiliki banyak segmen bisnis, mulai dari yang terkait dengan bisnis keuangan, media, retail, makanan dan minuman, pariwisata, perhotelan, dan perkebunan. Segmen tersebut sangat potensial untuk digarap Bank Harda.

Berdasarkan laporan keuangan, total aset Bank Harda mencapai Rp 3,97 triliun per Maret 2021, meningkat dari Rp 2,58 triliun pada Desember 2020. Laba bersih Bank Harda sepanjang kuartal I-2021 mencapai Rp 8,86 triliun, melonjak dari Rp 488,5 miliar pada periode sama tahun sebelumnya.

6. PT Bank QNB Indonesia Tbk (BKSW)

Berdasarkan data RTI Infokom, pengendali Bank QNB merupakan investor asing yaitu Qatar National Bank. Pihak tersebut memegang 18,9 miliar unit saham Bank QNB atau setara dengan 92,48%.

Per Maret 2021, modal inti perusahaan senilai Rp 3,05 triliun. Sementara, total aset Bank QNB mencapai Rp 18,43 triliun atau mengalami peningkatan dari Rp 18,29 triliun per Desember 2020.

Meski begitu bank ini tercatat masih mengalami kerugian senilai Rp 148,67 miliar pada triwulan I-2021. Catatan kerugian tersebut membengkak dari rugi Rp 18,77 miliar pada periode sama tahun lalu.

7. PT Bank KEB Hana Indonesia

Berdasarkan website perusahaan, mayoritas saham Bank KEB Hana  dimiliki oleh KEB Hana Bank Seoul sebesar 69,01%. KEB Hana Bank Seoul merupakan bagian dari Hana Financial Group dengan kepemilikan 100%.

Sebelum Hana Financial Group menjadi pemilik pada 2007, Bank KEB Hana bernama PT Bank Bintang Manunggal. Kemudian, pemilik baru ini melakukan penggabungan usaha dengan PT Bank KEB Indonesia pada 2013.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Bank KEB Hana memiliki modal inti mencapai Rp 9,43 triliun per Maret 2021. Sementara, total aset Bank KEB Hana mencapai Rp 43,21 triliun per Maret 2021, naik dari Rp 42,68 triliun pada Desember 2020.

Bank KEB Hana mengantongi laba bersih senilai Rp 93,82 miliar sepanjang kuartal I-2021, turun lebih dari separuh dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 197,85 miliar.

Bank KEB Hana Indonesia saat ini bekerja sama dengan LINE Corporation, dan LINE Financial Asia meluncurkan LINE Bank di Indonesia. Kerja sama kali ini di klaim sebagai awal terbentuknya layanan perbankan digital asing pertama. Ini sekaligus merupakan hasil kolaborasi antara bank dengan perusahaan teknologi raksasa.

Reporter: Ihya Ulum Aldin
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...