Tingkatkan Daya Saing, APEC Sepakat Dorong Reformasi Struktural

Agatha Olivia Victoria
16 Juni 2021, 19:26
reformasi struktural, pandemi Covid-19, APEC
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/POOL/wsj.
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, Covid-19 merupakan momentum untuk melakukan reformasi struktural yang menyeluruh bagi perekonomian Indonesia.

Pemerintah berkomitmen mendukung empat pilar reformasi struktural Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) lima tahun ke depan yakni pada 2021-2025. Krisis yang terjadi akibat pandemi Covid-19 dinilai menjadi momentum penting untuk melakukan reformasi struktural, terutama di Indonesia.

"Saya beserta para Menteri APEC lainnya sepakat untuk bekerja sama dalam agenda reformasi struktural baru yang mendukung pemulihan ekonomi pasca pandemi dan mendorong reformasi yang berfokus pada pertumbuhan inklusif, kuat, berkelanjutan, dan ramah inovasi," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya, Rabu (16/6).

Adapun empat pilar refromasi struktural yang dimaksud yakni creating an enabling environment for open, transparent, and competitive markets dan boosting business recovery and resilience against future shocks. Kemudian, ensuring that all groups in society have equal access to opportunities for more inclusive, sustainable growth, and greater well?being serta harnessing innovation, new technology, and skills development to boost productivity and digitalization.

Menurut Airlangga, agenda reformasi struktural APEC akan meliputi upaya-upaya peningkatan efisiensi birokrasi, kemudahan berusaha, peningkatan kepastian hukum, peningkatan kualitas regulasi, dan hal-hal terkait lainnya yang diidentifikasi sebagai hambatan struktural. "Hambatan tersebut selama ini menjadi salah satu faktor utama high-cost economy serta berimplikasi pada rendahnya daya saing satu ekonomi dalam perdagangan dan investasi," ujar dia.

Ia menilai, Covid-19 merupakan momentum untuk melakukan reformasi struktural yang menyeluruh bagi perekonomian Indonesia. Hal ini perlu diwujudkan melalui roadmap pembangunan ekonomi yang lebih hijau, lebih cerdas, lebih produktif, dan berkeadilan. Pertumbuhan berkelanjutan merupakan kunci dalam pemulihan ekonomi pascapandemi dan pertumbuhan inklusif berkelanjutan dapat dicapai melalui program-program ekonomi hijau.

Indonesia, menurut dia, saat ini memprioritaskan pembangunan ekonomi ramah lingkungan seperti hydro power, panel surya, geothermal dan biodiesel 30 persen (B30). Selain itu, pemerintah juga telah berkomitmen mengurangi emisi gas sebesar 30% pada tahun 2030 dengan memprioritaskan pembangunan rendah karbon sebagai intisari rencana pembangunan nasional.

Airlangga juga memastikan, prinsip ekonomi sirkular sebagai bagian dari ekonomi berkelanjutan juga diterapkan. Hal itu diwujudkan dengan komitmen mengurangi sampah rumah tangga sebesar 30% dan sampah plastik di laut sebesar 70% pada tahun 2025.

Halaman:
Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...