Rupiah Anjlok ke 14.377/US$ Dipicu Sinyal AS Percepat Kenaikan Bunga
Nilai tukar rupiah melemah 0,24% ke level Rp 14.272 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan pasar spot pagi ini, Kamis (17/6). Sesaat setelah pembukaan, rupiah kian tertekan ke level Rp 14.337 per dolar AS akibat sinyal dari Bank Sentral AS, The Federal Reserve untuk mempercepat pengetatan kebijakan.
Mayoritas mata uang Asia turut melemah pagi ini. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong turun 0,01%, dolar Taiwan 0,26%, won Korea Selatan 0,99%, peso Filipina 0,47%, rupee India 0,02%, yuan Tiongkok 0,39%, ringgit Malaysia 0,38%, dan baht Thailand 0,03%. Hanya yen Jepang dan dolar Singapura yang menguat masing-masing 0,05% dan 0,13%.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan bahwa nilai tukar rupiah berpotensi terus tertekan terhadap dolar AS karena sikap Fed dini hari tadi. "Dolar AS dan imbal hasil obligasi Fed menguat karena hal tersebut," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (17/6).
Saat berita ini ditulis, indeks mata uang Negeri Paman Sam naik 0,26% ke level 91.37. Dengan begitu, dolar AS terlihat perkasa terhadap sebagian besar mata uang utama dunia seperti euro, pound Inggris, dolar Australia, dan dolar Kanada. Tetapi, melemah tipis terhadap franc Swiss.
The Fed memberikan sinyal untuk mempercepat kenaikan tingkat suku bunga acuan dari proyeksi sebelumnya pada 2024 menjadi 2023. Bank Sentral AS juga meningkatkan proyeksi inflasi AS tahun 2021 ini menjadi 3,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan proyeksi sebelumnya 2,2%, berdasarkan indikator Core PCE Inflation
Ariston mengatakan, kenaikan kasus Covid-19 belakangan ini juga masih berpotensi menjadi momok yang menekan rupiah. Pasien positif corona bertambah 9.944 orang per 16 Juni 2021. Total Kasus mencapai 1.937.652 dengan 1.763.870 pasien dinyatakan sembuh dan 53.476 orang meninggal dunia.
Bank Indonesia pada hari ini akan merilis hasil rapat kebijakan moneterny. Ariston memperkirakan BI tetap mempertahankan tingkat suku bunganya untuk mengimbangi potensi tapering off dari the Fed. "Rupiah berpotensi berpotensi melemah ke arah Rp 14.270, dengan potensi support di kisaran Rp 14.200 per dolar AS," katanya.
Para pejabat The Fed memproyeksikan kenaikan suku bunga akan lebih cepat dan membuka pembicaraan tentang bagaimana mengakhiri pembelian obligasi di era krisis. Bank Sentral mengatakan darurat kesehatan karena pandemi tidak lagi menjadi kendala utama dalam perdagangan AS.
Ketua Fed Jerome Powell mengatakan bahwa terdapat diskusi awal tentang kapan harus menarik kembali pembelian obligasi bulanan Fed senilai US$ 120 miliar. "Sangat menyenangkan melihat pembukaan kembali ekonomi dan melihat orang-orang menjalani hidup mereka lagi. Siapa yang tidak ingin melihatnya?," kata Powell saat Konferensi Pers, Rabu (16/6) seperti dikutip dari Reuters.
Semua mengatakan, komentar Powell dan pernyataan kebijakan Fed yang baru menandai mosi percaya yang kuat bahwa pemulihan AS berada di jalurnya, bahkan dengan pandemi. Pernyataan kebijakan itu menghilangkan bahasa lama bahwa krisis kesehatan akan terus membebani ekonomi. Sebaliknya, Pejabat Bank Sentral AS mengatakan pengaruh vaksinasi Covid-19 akan terus mengurangi efek pandemi.