Sinyal Kenaikan Bunga AS Tekan Rupiah Kian Melemah ke 14.450/US$

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,05% ke level Rp 14.440 per dolar Amerika Serikat (AS) pada pasar spot pagi ini. Rupiah tertekan kemungkinan Bank Sentral AS, The Fed meningkatkan suku bunga lebih cepat.
Mengutip Bloomberg, rupiah kian melemah ke Rp 14.454 per dolar AS hingga pukul 10.15 WIB. Bersamaan dengan rupiah, mayoritas mata uang Asia pun melemah saat ini. Yen Jepang turun 0,07%, dolar Singapura 0,1%, peso Filipina 0,14%, yuan Tiongkok 0,07%, ringgit Malaysia 0,08%, dan baht Thailand 0,1%. Sementara dolar Hong Kong menguat 0,01%, dolar Taiwan 0,02%, won Korea Selatan 0,18%, dan rupee India 0,12%.
Analis Pasar Uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah masih berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS. "Semalam beberapa petinggi The Fed masih menyuarakan potensi kenaikan suku bunga acuan yang lebih cepat dari proyeksi sebelumnya karena inflasi yang meningkat meskipun sementara, tapi akan bertahan dalam waktu yang lebih lama," ujar Ariston kepada Katadata.co.id, Kamis (24/6).
Komentar-komentar tersebut, menurut dia, mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya. Indeks dolar AS pagi ini naik 0,04% ke level 91.84. Mata uang Negeri Paman Sam perkasa dibanding mayoritas mata uang utama dunia, seperti euro, pound Inggris, dolar Kanada, franc Swiss meski melemah terhadap dolar Australia.
Dari dalam negeri, Ariston menilai pasar kemungkinan masih mengkhawatirkan kasus Covid-19 yang terus menciptakan rekor kasus baru kemarin. "Pembatasan aktivitas yang lebih lama karena kasus baru masih terus meningkat, bisa menghambat laju pemulihan ekonomi," katanya.
Ia pun memprediksikan potensi pelemahan rupiah ke rentang Rp 14.480-14.500 per dolar AS. Sementara potensi support di kisaran Rp 14.400 per dolar AS.
Analis HFX Berjangka Adhy Pangestu menjelaskan bahwa semua pernyataan pimpinan Fed maupun Kepala Fed negara bagian memberikan sinyal positif bagi kebangkitan ekonomi Negeri Paman Sam. "Ini menjadi faktor pelemahan rupiah, kemungkinan akan bergerak dalam kisaran Rp 14.450-14.600 per dolar AS pekan ini," ujar Adhy kepada Katadata.co.id, Kamis (24/6).
Ia menjelaskan, ekspektasi inflasi, menurut The Fed, telah naik. Namun, kenaikan belum mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. The Fed memperkirakan inflasi akan mencapai antara 3-3,5%, lalu akan turun ke target Fed 2% tahun depan.
The Fed, menurut dia, melihat kenaikan harga lebih disebabkan oleh kendala pasokan. Sementara di pasar tenaga kerja, gambaran yang lebih baik tentang angkatan kerja akan terlihat pada September, setelah sekolah dibuka kembali dan tunjangan pengangguran yang ditingkatkan berakhir.
Gubernur The Fed Jerome Powell sebelumnya telah menegaskan tidak akan menaikkan suku bunga terlalu cepat hanya berdasarkan pada ketakutan terhadap kenaikan inflasi yang akan datang. The Fed memperkirakan inflasi AS mencapai 3,4% pada tahun ini, naik dua kali lipat dari proyeksi sebelumnya yang mencapai 1,7%.
Powell menjelaskan pembacaan inflasi yang tinggi baru-baru ini belum membutuhkan pengetatan ekonomi yang merujuk pada suku bunga lebih tinggi. Tekanan harga, menurut dia, akan mereda dengan sendirinya. Ia berjanji bahwa Fed berjanji bahwa bank sentral akan tetap fokus pada statistik pasar tenaga kerja yang luas, termasuk perbedaan antar kelompok dalam menetapkan kebijakan moneter yang akan datang.