Pemerintah Tarik Utang Global Rp 34 T, Yield Tenor 50 Tahun Terendah
Pemerintah menerbitkan surat utang global dalam dua mata uang asing sebesar US$ 1,65 miliar dan 500 juta euro atau setara Rp 32,4 triliun pada Kamis (22/7). Surat utang negara yang diterbitkan dengan tenor terpanjang 50 tahun berhasil memperoleh imbal hasil atau yield terendah sepanjang sejarah.
Berdasarkan keterangan Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko, penerbitan SUN valas dalam dua mata uang asing ini merupakan yang kedua pada tahun ini. Pemerintah memanfaatkan sentimen investor yang kuat dan kondusifnya pasar Amerika Serikat.
"Pemerintah secara cepat dan oportunistik memutuskan untuk melakukan transaksi penerbitan SUN Valas dual-currency. Hasil penerbitan surat utang akan digunakan untuk memenuhi pembiayaan APBN, termasuk untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19," demikian tertulis dalam siaran pers DJPPR.
Adapun penerbitan surat utang global ini terdiri dari tiga seri SUN dalam denomonasi dolar AS dan satu seri dalam denomonasi euro. SeriR10371 dengan tenor terpanjang yakni 50 tahun memiliki kupon dengan tingkat imbal hasil atau yield tertinggi masing-masing 3,35%. Seri ini diterbitkan senilai US$ 300 juta dan akan jatuh tempo pada 12 Maret 2071.
SeriR10371 dengan tenor 30 tahun memiliki kupon 3,05% dan yield 3,1%. Seri ini diterbitkan senilai U$ 750 juta dan akan jatuh tempo pada 12 Maret 2051.
Seri R10731 dengan tenor 10 tahun memiliki kupon 2,15% dan yield 2,2%. Seri ini diterbitkan senilai US$ 600 juta dan akan jatuh tempo pada 28 Juli 2031.
Sementara itu, seri RIEUR0729 yang diterbitkan senilai 500 juta euro dengan tenor 8 tahun memiliki kupon 1% dan yield 1,068%. Seri ini jatuh tempo pada 28 Juli 2029.
DJPPR menjelaskan, hasil penerbitan surat utang global ini menunjukkan kualitas kredit pemerintah yang baik di mata investor internasional. Kepercayaan investor, antara lain tercermin dari final price guidance SUN dalam denominasi dolar AS yang dapat ditekan hingga 35 bps ke 2,2% untuk tenor 10 tahun, 3,1% untuk tenor 30 tahun, dan 3,350% untuk tenor 50 tahun.
Yeild surat utang tenor 50 tahun tak berbeda dari penerbitan pada Januari lalu yang mencetak rekor terendah sepanjang sejarah.
Kepercayaan investor juga terlihat dari selisih yield tiga tenor SUN dalam denominasi rupiah dengan yield obligasi pemerintah AS yang semakin menyempit. Sebagai contoh, yield obligasi SUN tenor 30 tahun sebesar 3,1% tak berbeda dibandingkan saat penerbitan Januari 2021. Padahal pada saat yang sama, yield obligasi pemerintah AS dengan tenor yang juga sama mencatatkan kenaikan 26 bps.
Pemerintah juga berhasil menekan harga seri baru SUN dalam denominasi Euro hingga 28bps dari initial price guidance dan mencapai negative new issue concession. Penerbitan seri baru tenor 8 tahun ini merupakan penerbitan SUN denominasi euro kelima dalam format SEC-registered. Hal ini mencerminkan konsistensi pemerintah untuk menyediakan instrumen surat utang yang likuid bagi investor Eropa.
Keempat seri SUN yang diterbitkan pada transaksi kali ini diperkirakan akan memperoleh peringkat Baa2 dari Moody’s, BBB dari Standard & Poor’s, dan BBB dari Fitch, serta akan dicatatkan pada Singapore Stock Exchange dan Frankfurt Stock Exchange.
Joint Bookrunners dalam transaksi ini adalah BNP Paribas, BofA Securities (B&D), Crédit Agricole Corporate and Investment Bank, Deutsche Bank, dan The Hongkong and Shanghai Banking Corporation Limited, sedangkan yang bertindak sebagai co-Managers adalah PT BRI Danareksa Sekuritas and PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk.
Bank Indonesia mencatat total utang luar negeri (ULN) Indonesia hingga Mei 2021 mencapai US$ 415 miliar, atau setara Rp 6.004 triliun. ULN ini turun dibandingkan bulan sebelumnya, antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang jatuh tempo pemerintah. Tren ULN dalam setahun terakhir dapat disimak dalam databoks di bawah ini.