Lelang Surat Utang Negara Banjir Peminat, Penawaran Tembus Rp 100 T
Kementerian Keuangan melaporkan hasil lelang Surat Utang Negara (SUN) yang dilaksanakan kemarin (3/8) mencetak rekor penawaran tertinggi sepanjang tahun ini mencapai Rp 107,8 triliun. Penawaran ini juga merupakan yang tertinggi kedua dalam sejarah.
"Faktor utama yang mempengaruhi tingginya bid lelang pada hari ini, antara lain penurunan yield US Treasury 10 tahun yang mencapai level 1,15% dan tingginya likuiditas di pasar keuangan domestik." kata Direktur Surat Utang Negara Direktorat Jenderal Pembiayaan dan Pengelolaan Risiko Kemenkeu Deni Ridwan, dalam keterangan yang diterima Katadata.co.id, Selasa (3/8).
Selain dua faktor tadi, Deni juga mengatakan lonjakan penawaran didorong tingkat suku bunga BI yang masih tertahan di level 3,5% seiring rendahnya tingkat inflasi domestik.
Penawaran terbesar masuk pada SUN jenis obligasi negara (ON) seri FR0091 Rp 39,5 triliun, disusul FR0090 sebesar Rp 26,3 triliun, FR0092 sebesar Rp 16,6 triliun, FR0088 sebesar Rp 4,3 triliun dan FR0089 sebesar Rp 2,7 triliun. Sementara jenis surat perbendaharaan negara (SPN) seri SPN12211104 memperoleh penawaran Rp 9,9 triliun dan SPN12220527 Rp 8,2 triliun.
Pemerintah memutuskan untuk memenangkan permintaan sebesar Rp 34 triliun, dengan bid to cover ratio sebesar 3,2 kali atau lebih tinggi dari lelang sebelumnya yaitu sebesar 2,8 kali. Deni mengatakan, hal ini mempertimbangkan kebutuhan pembiayaan tahun ini. Selain itu, pemerintah juga tidak akan melakukan lelang SUN tambahan atau green shoe option.
Nominal yang dimenangkan paling banyak berada pada seri obligasi negara, antara lain FR0091 sebesar Rp 12,3 triliun, FR0090 sebesar Rp 10,5 triliun, FR0092 6,6 triliun, FR088 Rp 750 miliar dan FR0089 sebesar Rp 800 miliar. Sementara pada seri SPN, pemerintah memenangkan Rp 2 triliun untuk SPN12220527 dan SPN12211104 sebesar Rp 1 triliun.
Penawaran yang masuk masih didominasi oleh investor domestik dengan proporsi sebesar 88,4%. Namun terdapat kenaikan partisipasi asing dari 7,6% di lelang sebelumnya menjadi 11,6% dari total penawaran yang masuk. Sementara penawaran terbesar pada tenor 6 dan 11 tahun.
Lelang SUN kemarin juga melaporkan adanya penurunan Weighted Average Yield (WAY) yang dimenangkan untuk seluruh seri ON yang ditawarkan sebesar 1-13bps dibandingkan pada lelang sebelumnya. Penurunan WAY terbesar pada tenor 5 tahun yaitu mencapai 13bps dibanding pada lelang sebelumnya.
Pemerintah menetapkan tanggal setelmen atau penerbitan dijadwalkan dua hari setelah lelang atau besok (5/8).
Pemerintah pekan lalu mengumumkan rencana lelang tujuh seri SUN yang akan dilakukan melalui lelang BI dengan manergetkan pendapatan sekitar Rp 33 triliun hingga maksimal Rp 49,5 triliun. Penawaran tujuh SUN tersebut menawarkan tingkat kupon dan tanggal jatuh tempo yang berbeda-beda.
SUN jenis SPN terdiri dari, SPN12211104 yang jatuh tempo 4 November 2021 dan SPN12220527 yang jatuh tempo 27 Mei 2022. Kedua seri SPN ini memiliki tingkat kupon diskonto. Sementara lima seri ON antara lain, FR0090 dengan tanggal jatuh tempo pada 15 April 2027 dan tingkat kupon 5,125%.
Selain itu FR0091, jatuh tempo pada 15 April 2032 dan kupon 6,375%. FR0088, jatuh tempo pada 15 Juni 2036 dan kupon 6,25%. FR0092, jatuh tempo pada 15 Juni 2042 dan kupon 7,125%. FR0089 jatuh tempo 15 Agustus 2051 dan kupon 6,875%.