Impor Vaksin Melonjak Rp2,2 Triliun pada Juli, Mayoritas dari Tiongkok
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor vaksin pada Juli 2021 naik US$ 150 juta atau setara Rp 2,16 triliun dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan impor vaksin mendominasi kenaikan produk farmasi pada Juli yang mencapai US$ 185,9 juta atau setara Rp 2,6 triliun.
Kepala BPS Margo Yuwono menyebut, impor produk farmasi bulan Juli sebesar US$ 464,6 juta atau setara Rp 6,7 triliun. Impor ini naik 66,67% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, tertinggi di antara kelompok barang HS dua digit.
"Dari penambahan US$ 185,9 juta pada ekspor farmasi, US$ 150 juta merupakan impor vaksin. Sementara dilihat dari negaranya ," kata Margo dalam konferensi pers virtual, Rabu (18/8).
Impor barang farmasi juga mencetak pertumbuhan tertinggi mencapai 420% dibandingkan Juli 2020. Impor farmasi RI pada Juli 2021 bertambah US$ 375,2 juta dari periode yang sama tahun lalu US$ 89,4 juta.
Meski mengalami peningkatan tertinggi, impor barang farmasi hanya mencakup 3% terhadap total impor. BPS mencatat nilai impor RI bulan Juli sebesar US$ 15,11 miliar atau Rp 218 triliun. Nilai ini turun 12,22% dari nilai impor bulan sebelumnya US$ 17,2 miliar, namun naik 44,44% dari bulan Juli 2020 sebesar US$ 10,4 miliar.
Selain farmasi, kenaikan nilai impor secara bulanan juga terjadi pada bijih, terak dan abu logam yang naik 73,13%, impor kendaraan bermotor atau komponennya dalam keadaan terbongkar tidak lengkap sebesar 39,93% dan impor ampas atau sisa industri makanan 24,34%.
Selanjutnya, beberapa komoditas yang nilai impornya anjlok sepanjang bulan lalu yakni, impor logam mulia dan perhiasan yang terkoreksi 56,98%, kereta api, trem dan bagiannya 85,73% dan impor besi dan baja 19,39%.
Pemerintah telah mengamankan lebih dari 185 juta dosis vaksin hingga saat ini. Terbaru, vaksin jenis CoronaVac buatan Sinovac didatangkan pada Jumat, 13 Agustus dalam jumlah 5 juta dosis.