BI: Dampak Tapering Off Kali Ini Tak Akan Separah Taper Tantrum 2013
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan langkah penarikan stimulus atau tapering off yang tampaknya akan dilakukan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (Fed) dalam waktu dekat tidak akan berdampak signifikan. Efeknya tidak akan separah taper tantrum yang terjadi pada 2013.
"Dampaknya terhadap global maupun negara berkembang, termasuk Indonesia tidak akan sebesar taper tantrum The Fed yang terjadi tahun 2013," kata perry Warjiyo dalam konferensi pers hasil rapat dewan gubernur Bank Indonesia, Kamis (19/8).
Perry menjelaskan, ada tiga alasan pengetatan stimulus The Fed tidak akan mempengaruhi kondisi domestik sebesar saat taper tantrum 2013. Pertama, komunikasi yang dibangun The Fed selama ini sudah sangat jelas. Transparansi yang dimaksud Perry menyangkut kerangka kerja yang akan dilakukan bank sentral, prospek ekonomi khususnya inflasi dan pengangguran, serta keterbukaan The Fed terkait rencana akan dilakukannya tapering off. Hal ini mendorong pasar semakin memahami pola kerja otoritas moneter AS tersebut.
Kedua, Perry memastikan Bank Indonesia memiliki kebijakan yang sudah diimplementasikan selama ini, yakni strategi triple intervention untuk menjaga stabilitas rupiah. Langkah ini, menurut dia, sempat dilakukan pada bulan-bulan awal 2021 ketika US Treasury melonjak hingga 1,9%. Bank Indonesia mengantisipasi kaburnya dana asing dari pasar surat berharga negara (SBN) mencapai Rp 8,6 triliun dari total Rp 11 triliun dana yang keluar.
Selain itu, Perry juga meyakinkan bahwa, pihaknya rutin berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan terkait pengelolaan yield surat berharga negara (SBN) di dalam dan luar negeri agar tetap menarik minat investor asing.
Ketiga, kondisi moneter dalam negeri juga dipastikan lebih stabil dengan adanya cadangan devisa yang cukup tinggi yakni US$ 137,4 miliar. "Ini jauh lebih cukup untuk melakukan stabilisasi," ujarnya.
Wacana tapering off semakin kencang beberapa minggu terakhir, terutama setelah sejumlah pejabat Fed memberikan isyarat pengetatan stimulus akan diambil dalam waktu dekat. Wakil Gubernur Fed Richard Clarida dalam sebuah webinar awal bulan ini menyebut, bank sentral berpeluang menaikan suku bunga mulai tahun 2023, artinya tingkat suku bunga rendah saat ini hanya akan berlangsug sampai akhir tahun depan.