Rupiah Menguat ke 14.390 per US$ Efek Pelonggaran PPKM Jabodetabek

Abdul Azis Said
24 Agustus 2021, 09:38
Rupiah
Arief Kamaludin|KATADATA
Rupiah pagi ini menguat bersama mayoritas mata uang Asia lainnya.

Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,1% ke level Rp 14.398 per dolar AS pada perdagangan pasar spot hari ini. Rupiah menguat antara lain didodorong oleh keputusan pemerintah untuk melonggarkan PPKM Level 3 di wilayah Jabodetabek.

Mengutip Bloomberg, rupiah terus bergerak menguat ke level Rp 14.390 per dolar AS hingga pukul 09.30 WIB. Ini melanjutkan penguatan dari posisi penutupan kemarin di level Rp 14.413.

Mata uang asia lainnya terpantau kompak menguat terhadap dolar AS. Dolar Hong Kong menguat 0,02%, diikuti dolar Taiwan 0,12%, won Korea Selatan 0,29%, peso Filipina 0,06%, rupee India 0,25%, bath Thailand 0,08% dan ringgit Malaysia 0,15%. Sementara yen Jepang melemah 0,04%, bersama dolar Singapura 0,08% dan yuan Tiongkok 0,01%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan bergerak menguat ke kisaran Rp 14.350 per dolar AS dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.430. Penguatan dipengaruhi masih membaiknya sentimen pasar terhadap aset berisiko setelah regulator pengendali obat AS (FDA) memberi izin penuh penggunaan vaksin Pfizer.

"Kenaikan saham AS dipicu oleh kabar vaksin Pfizer mendapatkan persetujuan penuh dari FDA yang bisa meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk vaksinasi," kata Aristin kepada Katadata.co.id, Selasa (24/8).

FDA pada Senin (23/8) mengumumkan izin penuh pada penggunaan vaksin Pfizer untuk penduduk usia 16 tahun ke atas. Ini memberi dukungan bahwa vaksin buatan BioNtech benar-benar aman.  ebelumnya FDA hanya mengeluarkan izin penggunaan darurat pada Desember tahun lalu.

Indeks saham utama AS terpantau kompak menguat pagi ini. Indeks Dow Jones Industrial terpantau menguat 0,61% pagi ini, diikuti S&P 500 0,85%. Nasdaq Composite 1,55%. Termasuk indesk saham global lainnya, indesk FTSE 100 Inggris menguat 0,30%, Nikkei 225 Jepang 1,03% dan Hang Seng Hong Kong 1,56%.

Selain keputusan BPOM tersebut, Ariston menyebut laporan survei sektor manufaktur dan jasa yang melambat pada bulan Agustus menunjukkan kondisi ekonomi AS belum sepenuhnya stabil. "Lemahnya data ini dipandang pelaku pasar tidak mendukung isu tapering di akhir tahun ini," ujar Ariston.

Laporan IHS Markit pada hari Senin (23/8) menunjukkan Indeks Output PMI Komposit AS, yang menunjukkan kinerja sektor manufaktur dan jasa pada Agustus 2021 turun menjadi 55,4. Kinerja ini merupakan yang terendah dari bulan lalu 59,9.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...