Gubernur BI Ungkap Resep Cepatnya Pemulihan Ekonomi Amerika dan Cina
Ekonomi Tiongkok dan Amerika Serikat pulih lebih cepat dibandingkan banyak negara di dunia. Kedua negara dengan ekonomi terbesar dunia ini juga telah berhasil mengembalikan ekonominya ke level sebelum Pandemi Covid-19.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menjelaskan, pemulihan ekonomi dari pandemi Covid-19 di berbagai negara dunia saat ini berlangsung tak seragam. Pemulihan ekonomi sebuah negara sangat bergantung pada penanganan pandemi, stimulus fiskal dan moneter, serta kondisi global.
"Negara yang bisa cepat melakukan vaksinasi dengan stimulus yang besar akan tumbuh sangat cepat," ujar Perry seperti dikutip dari Antara, Kamis (2/9).
Perry mencontohkan ekonomi Tiongkok dan Amerika Serikat yang berhasil pulih dengan cepat dari pandemi. Ekonomi Tiongkok diperkirakan tumbuh 8,4% 2021 dan 5,5% 2022, sedangkan ekonomi AS tumbuh 6,8% pada tahun ini dan 3,4% pada tahun depan.
"Sedangkan pada negara berkembang, karena masih menggencarkan vaksinasi dan stimulusnya belum sebesar negara maju, maka kita juga harus melakukan berbagai reformasi," ujar Perry.
Ia juga mengatakan, pandemi Covid-19 mendorong terciptanya peradaban baru. Perry mengatakan, ada tiga elemen penting dalam perubahan menuju peradaban baru, yakni digitalisasi, pengembangan ekonomi hijau, dan keuangan inkulusif.
Menurut Perry, digitalisasi pada seluruh aspek kehidupan diperlukan jika ingin hidup berdampingan dengan Covid-19. Ini karena virus membatasi mobilitas masyarakat.
Ekonomi dan keuangan inklusif serta pengembangan ekonomi hijau juga menjadi tantangan penting yang harus dihadapi. Ekonomi dan keuangan yang inklusif dibutuhkan untuk mengatasi kesenjanga ekonomi antardaerah, perbedaan skala usaha, dan golongan pendapatan yang mungkin melebar akibat pandemi.
Di sisi lain, Perry juga menilai tren ekonomi hijau global memberi tekanan terhadap ekonomi domestik untuk ikut berubah menysuaikan dengan tren tersebut. Oleh kareta itu, penting bagi pemerintah untuk menyiapkan berbagai reformasi struktural, termasuk aspek digitalisasi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya mengatakan, tak semua negara yang mengalami kontraksi ekonomi dalam pada tahun lalu telah berhasil pulih pada tahun ini. Namun, menurut dia, ekonomi Indonesia pada kuartal II 2021 telah pulih ke level sebelum pandemi meski belum sepenuhnya kuat.
"Ekonomi Indonesia dengan berbagai langkah yang dilakukan pemerintah telah berhasil melebihi level sebelum krisis pandemi. Kalau pada kuartal II 2019 PDB riil kita Rp 2.735 triliun, pada kuartal II 2021 sudah Rp 2.773 triliun," kata Sri Mulyani dalam Kongres ISEI XXI, Selasa (31/8).
Bendahara negara membandingkan kinerja pemulihan kuartal II 2021 Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya yang belum berhasil melampaui level sebelum pandemi. Perekonomian Malaysia tumbuh 16,1% pada kuartal II 2021, secara nominal PDB riilnya 336 miliar ringgit Malaysia. Nilai tersebut masih di bawah 350 miliar ringgit Malaysia pada kuartal II 2019.
Hal serupa juga terjadi pada Singapura yang tumbuh 14,7% pada kuartal II 2021. Secara nominal, PDB riil Singapura pada Maret-Juni 2021 tercatat 119 miliar dolar Singapura, lebih rendah dari 120 miliar dolar Singappada tahun 2019. "Kita lihat negara-negara di sekitar kita, seperti Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura bahkan dengan berbagai upaya mereka PDB pada kuartal II tahun ini belum bisa melewati kondisi sebelum Covid-19," ujar Sri Mulyani.
Sri Mulyani menyebut perekonomian domestik sudah melewati masa resesi setelah terkontraksi empat kuartal berutur-turut. Dia berharap momentum pemulihan pada kuartal II dapat berlanjut di paruh kedua tahun ini. "Ini tentu menjadi bekal baik untuk kita terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan, ekonomi kita sudah melewati masa resesi tapi ini masih sangat ditentukan oleh kemampuan kita mengendalikan Covid-19," katanya.