Bank Dunia Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Jadi 3,7%
Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini dari proyeksi April sebesar 4,4% menjadi 3,7%. Prediksi ekonomi lebih rendah karena Indonesia sempat mengalami lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta.
“Kapasitas pemerintah menjalankan strategi secara cerdas menjadi penting. Instrumen 3T dapat mengatasi varian Delta yang mudah menular,” kata Kepala Ekonom Bank Dunia Kawasan Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo dalam World Bank East Asia and Pacific Economic Update Briefing di Jakarta, Selasa (28/9).
Matto mengatakan, pengendalian Covid-19 menjadi syarat penting agar ekonomi kembali normal dan pulih. Hal ini, antara lain dapat dicapai dengan tingkat vaksinasi yang tinggi, serta peningkatan kemampuan penelusuran kasus, pemeriksaan, dan perawatan.
“Indonesia dan Filipina mudah-mudahan akan mencapai tingkat vaksinasi 60% dari total penduduk pada pertengahan tahun depan,” ujar Matto.
Meski terpangkas, proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia masih lebih bank dibandingkan Thailand dan Malaysia yang tumbuh 1% dan 3,3% pada tahun ini.
Bank Dunia memperkirakan, ekonomi Indonesia tumbuh 5,2% pada tahun depan, lebih tinggi dibandingkan proyeksi April sebesar 5,1%. Lembaga ini juga menyebut output ekonomi Indonesia bersama dengan Tiongkok dan Vietnam telah pulih ke level sebelum pandemi.
Banyak negara lain di Asia Pacific yang masih harus berjuang mengembalikan ekonominya ke level sebelum pandemi. Ekonomi Kamboja, Malaysia, dan Mongolia diperkirakan baru akan kembali ke level pandemi pada 2022, sedangkan Myanmar, filipina, dan Thailand serta banyak negara Pasifik pada 2023.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, ekonomi pada tahun ini tumbuh 3,7% hingga 4,5%. Ia menyebut perekonomian nasional sudah melewati masa resesi setelah terkontraksi empat kuartal berturut-turut. Dia berharap momentum pemulihan pada kuartal II dapat berlanjut di paruh kedua tahun ini.
"Ini tentu menjadi bekal baik untuk kita terus melakukan perbaikan dan penyempurnaan kebijakan, eknomi kita sudah melewati masa resesi tapi ini masih sangat ditentukan oleh kemampuan kita mengendalikan Covid-19," katanya.
Sri Mulyani mengatakan, ekonomi Indonesia sudah kembali ke level sebelum pandemi pada kuartal II 2021. Hal ini terlihat dari PDB riil Indonesia yang mencapai Rp 2.773 triliun, lebih tinggi daripada posisi kuartal II 2019 Rp 2.735 triliun.
Ia lantas membandingkan kinerja pemulihan kuartal II 2021 Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya yang belum berhasil melampaui level sebelum pandemi. Menurut dia, tidak semua negara mampu rebound setelah terkontraksi dalam tahun lalu.
"Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura bahkan dengan berbagai upaya mereka, PDB pada kuartal II tahun ini belum bisa melewati kondisi sebelum Covid-19," ujar Sri Mulyani.
Perekonomian Malaysia tumbuh 16,1% pada kuartal II 2021, secara nominal PDB riilnya 336 miliar ringgit Malaysia. Nilai tersebut masih di bawah 350 miliar ringgit Malaysia pada kuartal II 2019. Hal serupa juga terjadi pada Singapura yang tumbuh 14,7% pada kuartal II 2021. Secara nominal, PDB riil Singapura pada Maret-Juni 2021 tercatat 119 miliar dolar Singapura, lebih rendah dari 120 miliar dolar Singappada tahun 2019.
Thailand pada kuartal II 2021 tercatat tumbuh 7,5% dengan nilai PDB riil sebesar 2.526 miliar baht Thailand. Nilai ini masih berada di bawah PDB kuartal II 2019 THB 2.672. Filipina tumbuh 11,8% dengan nilai PDB riil PHP 4.628 miliar, belum melampaui PHP 4.986 miliar pada kuartal II 2019.