Rupiah Diramal Melemah Imbas Memerahnya Bursa Saham Global

Abdul Azis Said
5 Oktober 2021, 10:26
rupiah, dolar AS, rupiah melemah
Adi Maulana Ibrahim |Katadata
Ilustrasi. Rupiah berbalik menguat 0,06% dari posisi kemarin ke level Rp 14.257 per dolar AS pada pukul 10.00 WIB. Sementara mayoritas mata uang Asia lainnya melemah

Nilai tukar rupiah dibuka melemah 0,02% di level Rp 14.270 per dolar AS pada perdagangan pasar spot pagi ini. Analis memperkirakan rupiah akan melanjutkan pelemahan di tengah memburuknya sentimen pada aset berisiko yang tercermin dari memerahnya bursa saham global. 

Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat 0,06% dari posisi kemarin ke level Rp 14.257 per dolar AS pada pukul 10.00 WIB. Sementara mayoritas mata uang Asia lainnya melemah. Yen Jepang 0,14%, dolar Singapura 0,08%, dolar Taiwan 0,19%, won Korea Selatan 0,38%, peso Filipina 0,13%, rupee India 0,25%, ringgit Malaysia 0,10% dan bath Thailand 0,18%. Sementara yuan Cina menguat 0,40% bersama dolar Hong Kong 0,01%.

Analis pasar uang Ariston Tjendra memperkirakan rupiah akan melemah di kisaran Rp 14.290 hingga Rp 14.300 per dolad AS, dengan potensi support di kisaran Rp 14.250. Pelemahan dipengaruhi sentimen negatif pasar terhadap aset berisiko, sehingga berpotensi ikut mempengaruhi rupiah.

"Pasar keuangan menunjukkan sentimen untuk menghindari risiko. Sikap menghindar risiko ini dibayangi oleh ekspektasi pengetatan moneter di AS," kata Ariston kepada Katadata.co.id, Selasa (5/10).

Bursa saham Wall Street ditutup turun pada perdagangan kemarin. Dow Jones Industrial turun 0,94%, S&P 500 terkoreksi 1,30%, Nasdaq Composite 2,14%. Kondisi serupa juga terjadi pada bursa saham Eropa pagi ini. FTSE 100. Inggris turun 0,23%, indeks DAX Jerman memerah 0,79% dan CAC 40 Perancis 0,61%.

Indeks saham Asia pagi ini juga melemah. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 3,19%, Hang Seng Hong Kong 0,73%, indeks Kospi Korea Selatan 2,33%, Strait Times Singapura 1,18%, PSEi Filipina 0,31%, FTSE Bursa Malasyia KLCI 0,13%, Taiex Taiwan 0,98%.

Memburuknya sentimen terhadap aset berisiko tampaknya masih terpengaruh rencana tapering off bank sentral AS, The Federal Reserve. Bank sentral diperkirakan memulai pengurangan pembelian aset pada Desember tahun ini dan berakhir pada pertengahan tahun depan. The Fed kemudian akan memulai kenaikan suku bunga pada kuartal ketiga tahun 2022.

Selain itu, Ariston juga mengatakan memburuknya sentimen terhadap aset berisiko dipengaruhi hubungan dagang antara AS dan Cina yang kembali memanas. Selain itu, terdapat pengaruh dari terhambatnya suplai dan kenaikan harga energi yang memicu inflasi tinggi di sebagian besar negara Eropa.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...