Surplus Neraca Perdagangan Diramal Berlanjut Efek Krisis Energi

Abdul Azis Said
14 Oktober 2021, 18:19
neraca perdagangan, rekor neraca perdagangan, surplus neraca perdagangan
ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.
Ilustrasi. Surplus neraca perdagangan pada Agustus 2021 mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah mencapai US$ 4,74 miliar.

Surplus neraca perdagangan diperkirakan berlanjut pada September setelah berhasil mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah pada Agustus 2021 mencapai US$ 4,74 miliar. Hal ini seiring permintaan ekspor dan harga komoditas yang masih tinggi akibat krisis energi yang terjadi di berbagai belahan dunia. 

Ekonom CORE Indonesia Yusuf Rendy Manilet memperkirakan neraca dagang akan kembali surplus. Ia bahkan memperkirakan nilainya akan lebih besar dari bulan sebelumnya di kisaran US$ 4,8 miliar-US$ 5 miliar. Surplus dipengaruhi kenaikan harga komoditas dalam beberapa bulan terakhir.

Advertisement

"Meskipun ada peluang impor juga akan meningkat pada bulan September, tetapi kenaikan ini masih bisa dikompensasi kenaikan volume dan juga nilai ekspor," kata Rendy kepada Katadata.co.id, Kamis (14/10).

Rendy menilai kenaikan harga komoditas ekspor terutama pada batu bara. Kenaikan ini terutama didorong adanya krisis energi yang terjadi sejak bulan lalu, terutama di Eropa yang kemudian ikut merembet ke beberapa negara Asia termasuk Cina dan India.

"Ada semacam 'blessing in disguisse' dari krisis energi ini karena Indonesia mengambil keuntungan dari peningkatan harga komoditas dan peningkatan permintaan harga komoditas utama," kata Rendy.

Dari sisi impor, Rendy melihat nilai dan volumenya juga akan naik seiring membaiknya kinerja manufaktur dalam negeri. IHS Markit mencatat kinerja Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur bulan lalu kembali ekspansi dengan indeks 52,2. Kinerja manufaktur berhasil membalik setelah dua bulan berturut-turut berada di zona kontraksi.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan neraca dagang pada September akan kembali surplus tetapi lebih kecil dibandingkan Agustus, yakni mencapai US$ 3,89 miliar.

Josua mengatakan, surplus lebih kecil lantaran peningkatan ekspor hanya akan terjadi di beberapa negara saja. Kenaikan ekspor terutama akan terjadi untuk tujuan Cina dan India, sedangkan ekspor ke Amerika Serikat, Eropa, dan Jepang berpeluang turun. Hal ini dipengaruhi kinerja manufaktur di tiga kawasan tersebut yang tidak begitu memuaskan.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement