Bank Dunia: Kekayaan Seluruh Dunia Tembus Rp 16.682 Kuadriliun
Kekayaan seluruh penduduk dunia terus bertambah selama lebih dari dua dekade sejak tahun 1995. Dalam perhitungan terbarunya, Bank Dunia melaporkan nilai kekayaan seluruh dunia pada 2018 mencapai US$ 1.152 triliun atau setara Rp 16.682 kuadriliun (kurs Jisdor akhir 2018 Rp 14.481 per dolar AS).
Nilai kekayaan ini naik 91% secara kumlatif sejak 1995. Pada tahun tersebut, total kekayaan seluruh dunia mencapai US$ 603,490. Kekayaan per kapita penduduk dunia yang pada 2018 juga meningkat meski lebih kecil yakni mencapai 44% sejak 1995 menjadi US$ 160.167 atau Rp 2,3 miliar.
Berdasarkan kelompok pendapatannya, mayoritas atau 58,3% kekayaan dunia pada 2018 bersumber dari negara-negara kaya berpenghasilan tinggi yang termasuk anggota OECD. Lalu sebesar 31,8% disumbangkan negara berpendapatan menengah atas, sebesar 6,7% oleh negara berpendapatan menengah bawah, sebesar 2,6% oleh negara kaya non-anggota OECD, serta 0,6% oleh negara miskin berpendapatan rendah.
"Negara berpenghasilan rendah memiliki kurang dari 1% kekayaan global pada tahun 2018, kontribusinya sama seperti pada tahun 1995, padahal populasi mereka terus tumbuh dari 6% terhadap total populasi dunia kini menjadi 8%," demikian tertulis dalam laporan bertajuk 'The Changing Wealth of Nations 2021' seperti dikutip pada Jumat (29/10).
Laporan tersebut melacak kekayaan 146 negara sejak 1995 hingga 2018. Adapun perhitungannya berdasarkan empat indikator:
- Kekayaan alam atau natural capital. Komponen ini terdiri atas dua jenis yakni kekayaan alam yang terbarukan yang meliputi hutan, lahan pertanian dan sumber daya laut, serta kekayaan alam yang tidak terbarukan meliputi mineral dan bahan bakar fosil.
- Kekayaan manusia atau human capital, meliputi pendapatan selama hidup penduduk di setiap negara.
- Kekayaan yang diproduksi atau produced capital , yang meliputi bangunan dan infrastruktur.
- Aset luar negeri atau net foreign asset.
Berdasarkan empat indikator tersebut, mayoritas kekayaan dunia pada 2018 bersumber dari human capital alias kekayaan yang dihasilkan manusia. Nilai kekayaan komponen ini mencapai US$ 732,1 triliun atau lebih dari Rp 10.600 kuadriliun dan menyumbang 64% dari kekayaan dunia.
Selain itu, kekayaan dunia berasal dari modal produksi sebesar US$ 359,2 triliun atau lebih dari Rp 5.200 kuadriliun atau berkontribusi mencapai 32%.
Kemudian kekayaan yang bersumber dari alam sebesar US$ 64,5 triliun atau setara lebih dari Rp 934 kuadriliun dengan kontribusi hanya mencapai 6%. Sementara itu, terdapat kekayaan yang berasal dari penempatan antara negara atau net foreign asset yang menjadi pengurang kekayaan dunia secara keseluruhan. Nilainya mencapai US$ 3,9 triliun atau Rp 56 kuadriliun pada 2008, naik dari US$ 2,4 triliun pada 1995.
Laporan tersebut juga merincikan total nilai kekayaan alam dunia. Kekayaan yang bersumber dari alam terbarukan sebesar US$ 35,5 triliun atau lebih dari separuh total kekayaan alam dunia. Mayoritas kekayaan alam terbarukan berasal dari lahan pertanian dan layanan ekosistem hutan seperti layanan yang menggunakan air, jasa rekreasi dan produk nonkayu.
Sedangkan nilai kekayaan alam tidak terbarukan mencapai US$ 28,9 triliun. Mayoritas bersumber dari minyak sebesar US$ 19,1 triliun, sisanya berupa gas alam, batu bara, serta logam dan mineral.
Seiring kenaikan pada nilai kekayaan dunia, Bank Dunia juga melaporkan bahwa kemakmuran yang meningkat disertai dengan pengelolaan beberapa aset alam yang tidak berkelanjutan. Negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah mengalami penurunan kekayaan hutan per kapita sebesar 8% dari tahun 1995 hingga 2018, yang mencerminkan deforestasi yang signifikan.
Sementara itu, nilai stok ikan laut global anjlok hingga 83% karena pengelolaan yang buruk dan penangkapan ikan yang berlebihan pada periode yang sama. Masalah perubahan iklim diproyeksikan dapat memperburuk tren ini.
"Pemahaman yang lebih dalam dan lebih bernuansa tentang keberlanjutan kekayaan sangat penting untuk masa depan yang hijau, tangguh, dan inklusif,” kata Direktur Pelaksana Kebijakan dan Kemitraan Pembangunan Bank Dunia Mari Pangestu dalam keterang resminya pada Rabu (27/10).
Bank Dunia menyarankan agar pembangunan fokus pada jalur yang lebih berkelanjutan, dengan mengambil pandangan yang komprehensif atas nilai kekayaan dunia yang ada sekarang. Selain itu, pemerintah dapat menerapkan langkah-langkah kebijakan termasuk penetapan harga karbon, melestarikan aset seperti hutan, bakau, dan sumber daya manusia.