BI Ramal Transaksi E-Commerce Tembus Rp 530 Triliun Tahun Depan
Keterlibatan masyarakat untuk bertranskasi secara digital melalui e-commerce dipastikan akan terus meningkat pada tahun depan. Bank Indonesia (BI) memperkirakan transaksi e-commerce mencapai Rp 530 triliun pada 2022.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, semua jenis transaksi keuangan dan ekonomi digital akan tumbuh dua digit pada tahun depan, termasuk transaksi di e-commerce, uang elektronik, dan digital perbankan. Transaksi e-coomerce diperkirakan akan tumbuh 31,4% dari outlook tahun ini sebesar Rp 403 triliun.
"Ekonomi dan keuangan digital meningkat pesat pada tahun 2022, transaksi e-commerce mencapai Rp 530 triliun," kata Perry dalam Pidatonya di acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Rabu (24/11).
BI juga memperkirakan transaksi uang elektronik naik 16,3% dari Rp 289 triliun pada tahun ini menjadi Rp 337 triliun. Transaksi menggunakan bank digital juga akan semakin besar menjadi Rp 48 ribu triliun tahun depan, atau kenaikan 21,8% dari outlook tahun ini Rp 40 ribu triliun.
Perry memastikan pihaknya masih akan terus menggenjot perluasan digitalisasi sistem pembayaran. BI mempersiapkan sejumlah strategi untuk mendukung target tersebut. Salah satu langkah yang dilakukan melalui penguatan konsolidasi industri. Ini dilakukan dengan membangun ekosisitem end-to-end antara perbankan digital, fintech dan e-commerce. Ini termasuk upaya BI mendukung terbentuknya unicorn-unicorn yang tangguh.
Selain itu, BI akan terus mengembangkan infrastruktur sistem pembayaran yang modern. "Kami akan memperluas implementasi QR Indonesia Standar dengan target tambahan 15 juta pengguna, serta kerja sama QRIS antarnegara," kata perry.
Saat ini, BI juga telah membangun Standar Nasional Open API Pembayaran (SNAP) sebagai sistem satu bahasa untuk meghubungkan berbagai jenis pembayaran. Infrastruktu lainnya yang sudah disapakna dan segera meluncur dalam waktu dekat yakni BI-Fast. Sistem pembayaran ritel baru ini rencananya diluncurkan mulai minggu kedua bulan depan.
"Rencana penerbitan rupiah digital kami persiapakan sebagai alat pembayaran yang sah bagi Indonesia," kata Perry.
Perry mengatakan bank sentral akan terus mendukung elektornifikasi transaksi keuangan pemerintah daerah. Penyaluran bansos secara digital juga dilakukan melalui bansos G2P 4.0, hingga digitalisasi untuk Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dan pariwisata.
Berdasarkan riset Google, Temasek dan Bain yang bertajuk 'e-Conomy SEA 2021', nilai ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$ 70 miliar atau Rp 998 triliun tahun ini (kurs Rp 14.260 per US$). Ini merupakan nilai gabungan dari lima sektor, yakni e-commerce, berbagi tumpangan (ride hailing) dan pesan-antar makanan, media digital, online travel, serta finansial.
Dua sektor penyumbang terbesar yakni e-commerce dan layanan transportasi dan pesan antar makanan. Laporan itu menyebutkan bahwa sektor e-commerce yang menyumbang transaksi paling besar bagi ekonomi digital di Indonesia akan mencapai US$ 53 miliar atau Rp 755 triliun tahun ini. Nilainya diperkirakan melesat menjadi US$ 104 miliar pada tahun 20245.
Nilai transaksi sektor transportasi online dan pesan-antar makanan tahun ini sebesar US$ 6,9 miliar atau Rp 98,4 triliun. Kemudian akan melompat jadi US$ 16,8 miliar dalam empat tahun mendatang.