RI Kerja Sama LCS, Kirim Uang ke Cina Bisa Pakai Rupiah
Bank Indonesia dengan Bank sentral Cina (PBoC) sepakat memulai kerja sama penyelesaian transaksi bilateral dengan mata uang lokal atau l sejak awal September lalu. Kerja sama ini memungkinkan nasabah di Indonesia mengirimkan uang dalam bentuk rupiah ke Cina atau sebaliknya.
Analis Eksekutif Bank Indonesia (BI) Beijing Firman Hidayat mengatakan, kerja sama LCS RI-Cina meliputi dua skema, yakni penggunaan kuota nilai tukar secara langsung atau direct quotation dan relaksasi regulasi tertentu dalam transaksi valas mata uang dari kedua negara.
"Dengan mekanisme LCS ini para pekerja di Cina atau orang tua di Indonesia yang mau kirim uang kuliah ke anaknya di Cina bisa mengirimkan dengan mata uang lokal," kata Firman dalam webinar virtual Indonesia China LCS Implementation Progress & Best Practice, Rabu (24/11).
Adapun pengiriman remitansi menggunakan mata uang lokal ini bisa dilakukan melalui bank ACCD yang sudah ditunjuk oleh kedua negara. Bank ACCD ci dalam negeri yang ikut dalam skema ini antara lain, BCA, Bank of China (Hongkong), Bank China Construction Bank Indonesia, Bank Danamon Indonesia, Bank ICBC Indonesia , Bank Mandiri, Bank Maybank Indonesia, BNI, Bank OCBC NISP, Bank Permata, BRI, Bank UOB Indonesia.
Selain manfaat dari layanan remitansi dengan mata uang lokal, Firman menjabarkan empat manfaat lain dari LCS Indonesia-Cina ini, yakni:
- Memungkinkan nasabah di dalam negeri membuka rekening mata uang yuan Cina di Indonesia.
- Mnguntungkan bagi pengusaha. Kerja sama ini memberikan fleksibilitas transaksi dengan thershold yang lebih longgar dibandingkan antara rupiah dengan dolar AS.
- Nasabah dapa memperoleh pembiayaan dengan mata uang lokal mitra di Indonesia untuk kebutuhan setelmen ke negara mitra," kata Firman
- Biaya transaksi berpotensi menjadi lebih murah. Hal ini karena transaksi dilakukan dengan kuotasi secara langsung tanpa harus dikonversi dulu ke dolar AS, serta adanya biaya hedging yang relatif rendah.
Di samping lima manfaat tersebut, skema LCS Indonesia-Cina juga membantu Indonesia untuk lepas dari ketergantungan terhadap dolar AS. Hal ini mengingat perdagangan luar negeri Indonesia mayoritas dilakukan dengan Cina, baik dari sisi ekspor maupun impor.
Firman mengatakan, sekitar 94% setelmen untuk ekspor Indonesia ke Cina masih menggunakan mata uang dolar sepanjang 2015 hingga 2020. Sementara untuk impor, sekitar 83% setelmen diselesaikan dengan dolar AS. Oleh karena itu, ia berharap kerja sama ini mampu mendukung stabilitas pada nilai tukar karena tidak perlu lagi menggunakan dolar AS.
"Ini menjadi tantangan karena nilai tuka rupiah dan US Dolar ini sangat tergantung pada dinamika global, seperti The Fed tapering dan sebagainya," kata Firman.
Adapun LCS dengan Cina ini disusun berdasarkan nota kesepahaman yang telah disepakati dan ditandatangani gubernur dari dua bank sentral tersebut pada 30 September 2020. Selain Cina, kerja sama serupa juga telah dilakukan dengan Malaysia dan Thailand sejak 2018, serta dengan jepang sejak tahun lalu.