BI: Kinerja Rupiah Terbaik di Asia, Unggul dari Malaysia dan Thailand
Nilai tukar rupiah telah melemah 392 poin atau 2,7% sepanjang tahun ini hingga Senin (6/12). Meski demikian, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo menyebut, rupiah menjadi salah satu mata uang dengan kinerja terbaik di Asia, khususnya di antara negara-negara emerging Asia.
"Jauh di bawah kita ada Thailand, Malaysia, hingga Singapura yang depresiasi nilai tukarnya hingga belasan persen," ujar Dody, seperti dikutip dari Antara, Senin (6/12).
Meski melemah ke level Rp 14 ribu per dolar AS, Dody, Indonesia hingga kini dianggap berhasil menjaga stabilitas nilai tukar oleh pasar. Ia pun berharap stabilitas nilai tukar rupiah dapat terus terjaga di tengah ketidakpastian global yang semakin meningkat.
"Jangan dilihat dari levelnya dulu di Rp 13 ribu dan aat ini di Rp14 ribu, tetapi lihat volatilitas dan dari sisi pergerakan nilai tukar rupiah," katanya.
Dody menjelaskan, stabilnya nilai tukar rupiah saat ini juga menjadi salah satu aspek penting yang membuat inflasi domestik tak melonjak terlalu tinggi seperti di negara-negara lain. Selain itu, terkendalinya inflasi didukung oleh ketersediaan pasokan barang di Tanah Air yang mampu menutupi kenaikan permintaan yang setelah pandemi mereda.
Selain itu, menurut Dody, inflasi turut bisa terjaga karena produsen di dalam negeri mampu menahan lonjakan harga komoditas domestik, sehingga tidak terefleksikan kepada harga konsumen.
"Dengan demikian, ini strategi kami tanpa harus mengubah kebijakan suku bunga acuan dalam menjaga inflasi, tetapi tetap dilakukan secara cermat," katanya.
Bloomberg pada Oktober lalu juga menilai rupiah berpotensi menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di Asia dalam sisa tiga bulan terakhir tahun ini. Prospek ini seiring dengan tren kasus Covid-19 yang terkendali dan surplus neraca perdagangan.
Menurut Bloomberg, Indonesia sebagai eksportir batu bara diuntungkan dari krisis energi yang mengguncang banyak negara importar komoditas. Sepanjang tahun ini hingga Oktober 2021, Indonesia sudah mencatatkan surplus perdagangan mencapai US$ 30,81 miliar.
Kurs rupiah naik 1,3% pada kuartal ketiga, bahkan ketika mata uang negara-negara Asia lainnya melemah seiring kenaikan imbal hasil treasury. Namun, rupiah berbalik melemah memasuki kuartal keempat terdampak rencana tapering off The Federal Reserve dan penyebaran varian baru Omicorn.
Namun dengan rekor cadangan devisa, Bank Indonesia dinilai memiliki banyak amunisi untuk mendukung mata uang jika imbal hasil AS meningkat lebih lanjut dalam beberapa bulan mendatang.
“Kami terus bersandar secara positif pada rupiah dan mengharapkannya untuk tetap menjadi salah satu yang berkinerja terbaik di seluruh negara emerging market Asia,” kata Divya Devesh, kepala penelitian FX ASEAN dan Asia Selatan di Standard Chartered Bank di Singapura, seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (11/10).