Harga Saham Naik Berkali Lipat, Kapan Bank Neo Commerce Cetak Untung?
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) menargetkan baru dapat mencetakkan laba bersih pada 2023. Target ini berkaca pada beberapa kasus transformasi bank konvensional ke bank digital di luar negeri.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, terjadi rugi usaha setiap kuartal sejak bank berkode saham BBYB ini memulai transformasi pada akhir tahun lalu. Pada kuartal III-2021, Neo Commerce mencatatkan rugi Rp 262,64 miliar, berbalik dari posisi untung Rp 9,57 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
"Kalau cuma mau jadi profitable bank, kami tidak perlu bertransformasi, cukup jadi bank (dengan segmen) pensiunan. Kami sudah mengambil keputusan saat jadi bank digital dan kami tahu konsekuensinya," kata Direktur Utama Neo Commerce Tjandra Gunawan dalam paparan publik, Rabu (29/12).
Menurutnya, beberapa bank yang memutuskan menjadi bank digital baru dapat mencetak laba setelah 3-5 tahun setelah transformasi. Perusahaan menjalankan transformasi masif menjadi bank digital pada Maret 2021.
Kisah transformasi Bank Yudha Bakti menjadi Bank Neo Commerce dimulai saat PT Akulaku Silvrr Indonesia masuk menjadi pemegang saham pada 2019. Saat itu, Akulaku menyatakan intensi untuk mengubah Yudha Bakti menjadi bank digital.
Namun demikian, proposal itu ditunda lantaran manajemen saat itu menilai permodalan perseroan masih minim. Bank Yudha Bakti saat itu memiliki modal inti kurang dari Rp 1 triliun atau masuk dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I. Modal perusahaan naik menjadi BUKU II pada akhir kuartal III 2020. Setelah itu, manajemen memutuskan untuk mulai bertransformasi menjadi bank digital pada kuartal IV-2020.
Salah satu pertimbangan besar perseroan untuk bertransformasi adalah kebutuhan digitalisasi akibat terbatasnya kontak fisik karena Covid-19. "Kami memprediksikan bisa mencetak laba pada 2023. Kalau bicara 2022, target kami mencapai 28 juta user. Itu jauh di depan dari teman-teman lain yang juga bertransformasi," kata Tjandra.
Walaupun perseroan membukukan rugi bersih, beberapa rasio dan indikator keuangan perseroan masih cukup baik. Margin bunga bersih atau (net interest margin/NIM) perseroan naik dari 4,03% pada akhir tahun lalu menjadi 5,81% pada akhir kuartal III 2021. Rasio permodalan perseroan juga masih cukup tinggi mencapai 20,82% pada September 2021, turun dari 37,28% pada akhir tahun lalu.