Kebijakan Bunga Rendah BI Dinilai Tak Banyak Bantu Pemulihan Ekonomi
Bank Indonesia kemungkinan masih akan melanjutkan kebijakan suku bunga rendah pada tahun depan. Namun, bank sentral diminta mengevaluasi kebijakan tersebut karena dinilai tidak efektif mendorong pemulihan ekonomi.
"Kebijakan lumbung pangan sejak awal sudah bisa ditebak akan kembali gagal, sebenanrya kebijakan moneter pun mengalami hal yang sama. Jadi, kebijakan BI melakukan pelongaran itu ternyata tidak efektif menggerakkan perkeonomian dan mengulang kegagalan," kata Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah dalam diskusi dengan media, Rabu (29/12)
Bank sentral telah menurunkan suku bunga sebanyak 150 basis poin (bps) sejak tahun lalu. Kendati demikian, transmisinya ke suku bunga kredit justru hanya 117 bps, berbeda dengan penurunan suku bunga tabungan atau dana pihak ketiga (DPK) yang lebih cepat yakni 278 bps.
Bukan hanya itu, menurut Pieter, penurunan suku bunga kredit lebih banyak dinikmati korporasi-korporasi besar yang kreditnya direstrukturisasi. Kondisi ini menjadi alasan penurunan kredit tidak serta merta mendongkrak daya beli masyarakat.
Piter mengatakan, penurunan suku bunga acuan seharusnya ikut mendorong turun suku bunga kredit yang dirasakan konsumen. Harapannya, konsumsi juga dapat terdorong karena beban bunga pinjaman masyarakat berkurang.