Kinerja Ekspor Masih Kinclong, Belum Terdampak Larangan Ekspor CPO

Abdul Azis Said
17 Mei 2022, 11:37
ekspor, harga komoditas, larangan ekspor cpo
ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/wsj.
Ilustrasi. Kinerja ekspor pada April masih mendapatkan dampak positif dari kenaikan harga komoditas.

Badan Pusat Statistik mencatat, ekspor pada April mencapai US$ 27,32 miliar, naik 3,11% dibandingkan Maret 2022 atau 47,76% dibandingkan April 2021. Kenaikan masih terjadi meski pemerintah mengeluarkan larangan ekspor minyak sawit, termasuk CPO yang memiliki kontribusi signifikan terhadap ekspor Indonesia. 

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, ekspor nonmigas naik 3,17% secara bulanan atau 47,69% secara tahunan menjadi US$ 25,89 miliar. Sedangkan ekspor migas, naik 2,01% secara bulanan atau 48,93% secara tahunan menjadi  US$ 1,43 miliar. 

"Kami lihat perkembangan ekspor sejak 2021 hingga 2022 berada dalam kondisi baik. Pertumbuhan ekspor pada April memang secara siklusnya lebih rendah dibandingkan Maret," ujar Margo dalam Konferensi Pers, Selasa (17/5). 

Ia menjelaskan, kenaikan eksor terutama terjadi pada bahan bakar mineral HS27 sebesar 13,88% secara bulanan menjadi US$ 648 juta, disusul komoditas bijih logam terak abu sebesar 41,61% atau US$ 345 juta. Ekspor besi dan baja naik US$ 301,7 juta, timah dan barang daripadanya naik US$ 99,2 juta dan bahan kimia anorganik US$ 91,5 juta.

"Kalau dilihat negara tujuannya, ekspor bahan bakar mineral paling banyak ke Malaysia, Cina, dan Korea Selatan," kata dia. 

Di sisi lain, menurut dia, penurunan ekspor terbesar terjadi pada barang logam mulia atau HS71 sebesar 47,84% atau US$ 525 juta. Ini karena penurunan ekspor ke Singapura, Swiss, dan Jordan. 

Ekspor nikel dan barang daripadanya turun US$ 212,3 juta, kendaraan dan bagiannya turun US$ 86 juta, serta minyak hewan dan nabati, yang mencakup CPO turun US$ 78,6 juta.

Margo menjelaskan, terdapat beberapa kondisi yang memengaruhi kinerja ekspor.  Beberapa di antaranya adalah larangan ekspor CPO, harga komoditas, dan, kinerja perekonomian negara-negara mitra dagang utama Indonesia. 

Ia mencatat, harga sejumlah komoditas andalan ekspor Indonesia masih meningkat pada bulan lalu. Harga batu bara naik 2,57% kopi naik 0,10%. Sementara itu, harga CPO di April turun 5,30% nikel turun 2,33%, serta timah 2,18%.

Pergerakan harga komoditas tak lepas dari kinerja perekonomian sejumlah negara mitra dagang utama Indonesia. Ekonomi Cina tumbuh 4,8%, India 4,6%, sedangkan Amerika Serikat minus 1,4%. 

"Kita ketahui Cina sedang terdampak lockdown, sedangkan Amerika Serikat menghadapi kenaikan suku bunga, sedangkan India terdampak cuaca ekstrem. Ini akan memengaruhi kinerja ekspor ke depan," ujarnya.

BPS mencatat ekspor secara kumulatif pada Januari-April 2022 mencapai US$ 93,47 miliar, naik 38,78%. Kenaikan ekspor paling besar berasal dari kelompok bahan bakar mineral, yang mencakup batu bara dan minyak hewan atau nabati yang mencakup sawit. Keduanya berkontribusi 28,23% dari total ekspor nonmigas. 

Pemerintah melarang ekspor terhadap produk olahan minyak sawit mentah (CPO) berlaku mulai pukul 00.00 Kamis (28/4). Produk tersebut masuk dalam kategori refined, bleached, deodorized  atau RBD Palm Olein yang memiliki tiga pos tarif yakni 1511.90.36, 1511.90.37, dan 1511.90.39.

"Larangan ekspor ini berlaku sampai tercapainya harga minyak goreng curah di pasar tradisonal Rp 14.000 per liter," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto melalui konferensi pers virtual, Selasa (26/4).

Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...