Kemenkeu Ramal Ekspor Masih Akan Tinggi Hingga Beberapa Bulan ke Depan

Kementerian Keuangan optimistis ekspor Indonesia masih akan tinggi dan menopang surplus neraca perdagangan hingga beberapa bulan ke depan. Ekspor yang masih tinggi ini menjadi salah satu pendorong neraca dagang kembali mencetak surplus tertinggi sepanjang sejarah pada bulan lalu.
"Potensi penguatan nilai ekspor masih akan terus tinggi seiring tren positif harga komoditas di pasar global yang diperkirakan masih berlanjut ke depannya," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu Febrio Kacaribu dalam keterangan tertulisnya dikutip Rabu (18/5).
Febrio menilai dampak perang yang telah memicu kenaikan harga komoditas global memiliki dampak positif terhadap ekspor. Kenaikan harga komoditas menguntungkan bagi ekspor komoditas unggulan Indonesia seperti energi, mineral, dan logam.
"Likuiditas yang meningkat yang diperoleh dari aktivitas ekspor akan berdampak positif bagi aktivitas konsumsi dan investasi domestik, sehingga diharapkan dapat menjaga momentum pemulihan ekonomi," ujarnya.
Pertumbuhan ekspor ini juga diimbangi oleh kinerja ekspor nonmigas yang konsisten kuat. Kondisi ini, menurut dia, menjadi sinyal bahwa struktur ekonomi domestik mengalami perbaikan yang fundamental. Karena itu, pemerintah juga berupaya agar perbaikan tersebut bisa berkesinambungan.
Ekspor juga dinilai terus bergerak menuju semakin berkualitas. Hal ini terbukti dari ekspor sektor manufaktur sebagai penyumbang utama ekspor non-migas masih tumbuh dua digit yakni 27,92% secara tahunan. Sektor ini memiliki nilai tambah tinggi dalam hal penyerapan tenaga kerja.
Oleh karena itu, Febrio menyebut pemerintah berkomitmen untuk terus menggalakan ekspor yang bernilai tambah tinggi dengan hilirisasi sumber daya alam (SDA). Beberapa prioritas hilirisasi SDA pemerintah yakni tambang dan mineral, CPO, migas dan batu bara.
Ekspor yang semakin kuat diharapkan dapat menopang surplus neraca perdagangan sehingga terus memberikan dampak positif bagi aktivitas sektor riil. Selain itu, surplus yang tinggi ini juga akan menopang stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan risiko global sehingga menjadi bantalan stabilitas ekonomi domestik.
"Arah penguatan tahun 2022 diperkirakan jauh lebih baik dibandingkan 2021. Hal ini disebabkan kondisi surplus neraca perdagangan yang lebih besar, serta pandemi yang semakin mengarah ke endemi yang memperkecil hambatan mobilitas," kata Febrio.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca dagang pada April menyentuh rekor tertingginya sepanjang sejarah mencapai US$ 7,56 miliar, jauh di atas surplus bulan Maret US$ 4,54 miliar. Kondisi ini melanjutkan tren surplus selama 24 bulan berturut-turut. Surplus jumbo tersebut tidak lepas dari kinerja ekspor yang masih berhasil tumbuh positif 3,11% dibandingkan bulan sebelumnya, sementara impor terkontraksi 10,01%.