Dihantui Risiko Stagflasi, Ini Ramalan Menkeu dan BI soal Ekonomi 2022
Ekonomi global diperkirakan masih akan menghadapi beragam risiko, antara lain stagflasi atau kombinasi dari stagnansi ekonomi dan inflasi tinggi. Meski demikian, Bank Indonesia dan pemerintah memperkirakan perekonomian di dalam negeri masih akan tumbuh di atas 5%.
BI memperkirakan ekonomi tahun depan tumbuh 4,7% sampai 5,5%, lebih tinggi dibandingkan outlook tahun ini di rentang 4,5% sampai 5,3%. Sedangkan pemerintah mematok target pertumbuhan lebih optimistis sebesar 5,3% hingga 5,9%.
"Kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan terus berlanjut pada beberapa kuartal mendatang dan pada tahun 2023, terutama didukung oleh konsumsi, investasi dan dukungan dari ekspor, secara keseluruhan kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun depan 4,7% sampai 5,5%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam Rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, Selasa (31/5).
Kinerja moncer dari sisa ekspor pada tahun ini bukan hanya akan menopang pertumbuhan ekonomi tetapi juga menjaga kondisi eksternal . Tingginya surplus neraca dagang mendorong defisit transaksi berjalan tahun ini diperkirakan akan rendah di rentang 0,5% hingga 1%. Pada tahun depan, defisit transaksi berjalan diperkirakan berada di rentang 1,4% sampai dengan 2,2%.
Di sisi lain, menurut dia, posisi cadangan devisa yang tercatat US$ 135,7 miliar pada April 2022 juga masih cukup tinggi untuk bisa menjaga stabilitas eksternal Indonesia. Kondisi ini juga berefek positif kepada stabilitas rupiah uang diperkirakan berada di rentang Rp 14.300 sampai Rp 14.700 per dolar AS pada tahun ini. Pada tahun depan, rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 14.400 per dolar AS hingga Rp 14.800 per dolar AS.
"Nilai tukar meskipun terdepresiasi tapi relatif rendah dan stabil dibandingkan negara lain," kata Perry.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan dalam asumsi RAPBN 2023 yang diusulkan hari ini memperkirakan pertumbuhan ekonomi berada di rentang 5,3% sampai 5,9%. Ia menyebut faktor yang menjadi daya dorong pertumbuhan lebih tinggi pada tahun depan masih karena harga komoditas dan juga hasil dari reformasi yang dilakukan pemerintah.
"Namun kita juga melihat downside risknya seperti yangs duha dismapaiakn yakni geopolitik, gangguan dari sisi supply, kenaikan inflasi, suku bunga dan stagflasi global," kata Sri Mulyani dalam acara yang sama dengan Perry.
Sementara, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun ini di rentang Rp 4,8% sampai dengan 5,5%. Ini masih berada dalam sasaran target pemerintah dalam APBN tahun ini di 5,2%.