IHSG Diramal Turun Imbas Kejatuhan Wall Street, Ini Rekomendasi Analis
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan turun mengawali perdagangan pekan ini, Senin (13/6). Tekanan jual masih akan betah bercokol di Bursa Efek Indonesia seiring kejatuhan indeks Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu.
Head of Research PT MNC Sekuritas Edwin Sebayang menjelaskan, indeks hari ini berpotensi turun seiring tajamnya kejatuhan bursa saham Amerika Serikat. Indeks Dow Jones turun 2,73% dan Nasdaq anjlok 3,52% tertekan data inflasi Mei 2022 yang masih melanjutkan kenaikan mencapai 8,6% sehingga memicu kekhawatiran pasar The Federal Reserve akan lebih agresif menaikkan bunga.
"Potensi kejatuhan IHSG hari enin ini juga berasal dari kembali turunnya EIDO sebesar 2.19% serta kembali turunnya harga beberapa komoditas," ujar Edwin dalam risetnya, Senin (13/6).
Harga minyak turun sebesar 0.85%, batu bara 4,43%, CPO 4.32%, nikel 2.32% dan timah 0,97%. Penurunan harga komoditas terjadi di tengah berlanjutnya kenaikan yield Obligasi AS dan Indonesia tenor 10 tahun.
Ia memperkirakan indeks akan bergerak dalam rentang 6.930 hingga 7.099. Edwin pun merekomendasikan beli untuk saham PT Indosat Ooredoo Hutchison Tbk (ISAT), PT PT AKR Corporindo Tbk (AKRA), PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Indofood Sukses Makmur (INDF), PT Tower Bersama Infrastructure (TBIG), dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA).
Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova juga memperkirakan, IHSG melemah menuju support di 6.972 yang terbentuk oleh fibonacci retracement 38,2% dari wave [b] pada skenario bearish. Ini karena indeks menembus support fraktal 7.056 pada hari Jumat (10/6).
"Meski demikian, IHSG tetap memiliki peluang menguat tipis dan mengisi gap di level 7.160-7.175 ," kata Ivan.
Adapun, titik resistance IHSG hari ini diperkirakan ada di posisi 7.232, 7.300 dan 7.355, sedangkan titik support ada di posisi 6.972, 6.884 dan 6.795.
Support merupakan area harga saham tertentu yang diyakini sebagai titik terendah pada satu waktu. Saat menyentuh support, harga umumnya akan kembali tumbuh karena peningkatan pembelian. Namun jika harga terus melemah, harga akan terus menurun untuk menemukan titik support baru.
Sementara itu, resistance adalah tingkat harga saham tertentu yang dinilai sebagai titik tertinggi. Setelah saham menyentuh level ini, biasanya akan ada aksi jual cukup besar hingga laju pertumbuhan harga tertahan.
Ivan merekomendasikan hold atau buy on weakness saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) di rentang harga 4.250-4.310, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) 7.850-8.050, CPIN Rp 4.600-4.750, dan PT Astra International Tbk (ASII) 6.750-6.850. BBRI berpeluang melemah hingga level 4.310, sedangkan ASII berpeluang mengalami rebound jika harga masih berada di atas klaster Fibonacci di level 6.750 sebagai support.
Ivan juga menyarankan untuk hold atau take profit sebagian di level 8.600 pada saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP). ICBP berpeluang melemah hingga level 8.125 sebagai target wave B, jika tembus di bawah support terdekat di level 8.375. Jika harga masih di atas 8.375, maka ICBP diperkirakan berada dalam fase konsolidasi.
Sementara itu, CEO PT Yugen Bertumbuh Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan, pola gerak IHSG masih terlihat konsolidatif dengan potensi tekanan yang semakin membesar. Namun, pergerakan indeks saat ini masih ditopang sentimen positif dari kondisi perekonomian yang relatif stabil dan musim pembagian dividen.
"Rilis kinerja emiten juga diperkirakan masih akan cukup stabil dengan kecenderungan membaik," kata William dalam risetnya, dikutip Senin (10/3).
Ia memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang 7.074 - 7.225. Adapun saham yang direkomendasikan Wiiam untuk dipantau, yakni PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI), PT Summarecon Agung Tbk (SMRA),PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR), PT Pakuwon Jati Tbk (PWON), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), ICBP, PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP), dan TBIG.
IHSG pada perdagangan pekan lalu, turun sebesar 1.34%. Namun, penurunan IHSG disertai net buy asing sebesar Rp 1.31 triliun