Sri Mulyani Waspadai Inflasi Ganggu Pertumbuhan Ekonomi Tahun Ini
Kementerian Keuangan memperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tahun ini mencapai 4,9% hingga 5,4% atau lebih tinggi dari tahun lalu 3,7%. Meski demikian, Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai tekanan inflasi dan kenaikan suku bunga yang dapat mengganggu dua mesin utama pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini.
"Kami prediksikan untuk pertumbuhan tahun ini masih di rentang 4,9% hingga 5,4%. Tentu ini didukung konsumsi masyarakat yang akan terus pulih," kata Sri Mulyani dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Jumat (1/7).
Pemulihan yang berlanjut ini didukung oleh mobilitas masyarakat yang terus pulih dan membaik. Pemulihan domestik juga terlihat dari impor untuk bahan baku dan barang modal yang melonjak masing-masing 33,9% dan 29,2%. Membaiknya impor mengindikasikan bahwa kegiatan di sektor-sektor ekonomi, terutama manufaktur akan terus membaik.
Indikasi pemulihan ekonomi juga terlihat dari konsumsi listrik untuk bisnis dan industri yang melonjak 16,4%. Sementara dari sisi konsumsi, berbagai indikator menunjukkan pemulihan yang konsumsi yang makin kuat.
Meski demikian, Sri Mulyani menyebut tekanan inflasi dapat menggerus sumber utama pertumbuhan ekonomi indonesia, yakni konsumsi rumah tangga. Laporan terbaru, inflasi hingga Juni melonjak ke 4,35% atau di atas target bank sentral. Pemerintah memperkirakan inflasi tahun ini berada di rentang 3,5%-4,5% atau di atas target pemerintah di 3%.
Tekanan inflasi dapat mendorong bank sentral segera menaikkan bunga. Bank Indonesia hingga kini masih mempertahankan bunga acuannya di level terendah 3,5%. Jika suku bunga BI naik, menurut Sri Mulyani, biaya utang atau cost of fund yang harus dibayar pemerintah akan semakin mahal dan akhirnya bisa menggerus investasi.
"Jadi dua sumber pertumbuhan, yakni konsumsi dan investasi bisa terpengaruh oleh kondisi yang sekarang ini sedang berjalan, yaitu kecenderungan inflasi tinggi dan kemudian menyebabkan interest rate naik," kata Sri Mulyani.
Proyeksi pertumbuhan ekonomi domestik oleh Kemenkeu tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan BI di 4,5%-5,3%. Namun, bank sentral melihat ekonomi RI masih bisa tumbuh positif di tengah banyak negara lain yang justru melambat.
"Dengan mobilitas masyarakat yang semakin baik, konsumsi akan menjadi daya dukung ekonomi kita ke depan di samping kenaikan investasi dan ekspor," kata Perry dalam acara yang sama dengan Sri Mulyani.