Bank Sentral Eropa Bersiap Menaikkan Suku Bunga, Resesi Makin Dekat
Bank Sentral Eropa telah memastikan kenaikan suku bunga pertama sejak 2011 pada pekan ini. Namun, pasar telah bergerak cepat menyesuaikan harga dengan suku bunga yang lebih tinggi menyebabkan prospek ekonomi lebih suram.
Pandangan terhadap kondisi ekonomi semakin suram dari hari ke hari karena inflasi masih berakselerasi dan pertumbuhan melambat tajam.
"Dilema yang dihadapi ECB lebih besar daripada bank sentral utama lainnya," kata Silvia Ardagna, kepala penelitian ekonomi Eropa di Barclays.
ECB hampir pasti akan menaikkan dan telah merencanakan kenaikan suku bunga 25 basis poin pada bulan ini untuk menahan inflasi yang berjalan pada rekor tinggi 8,6%. Bank Sentral Eropa terakhir kali menaikkan suku bunga pada 2011.
Suku bunga simpanan ECB berada pada negatif sejak 2014 dan saat ini tercatat -0,5%. Meski telah menyebut kenaikan bunga sebesar 25 bps, pergerakan yang lebih besar yakni 50 bps tetap berpeluang terjadi terutama mengingat pelemahan euro beberapa hari terakhi. Namun, beberapa analis mengatakan kenaikan bunga lebih tinggi tidak mungkin karena kekhawatiran Eropa terhadap pertumbuhan.
"Lebih dari 25 bps, dalam situasi saat ini, akan dilihat oleh pasar sebagai sinyal yang sangat hawkish," kata Martin Wolburg, ekonom senior di Generali Investments.
Investor juga tengah melihat kembali kemungkinan kenaikan suku bunga ECB yang lebih besar pada September seperti yang telah direncanakan ECB pada bulan lalu. Prospek pertumbuhan yang memburuk beberapa pekan terakhir akibat potensi gangguan pasokan gas ke Eropa dapat mengubah strategi ECB.
"Prospek ekonomi yang lebih lemah akan mempengaruhi jalur pengetatan ECB," kata Wolburg dari Generali Investments.
Komisi Eropa kini memperkirakan ekonomi zona euro tumbuh 1,4% pada tahun depan, lebih rendah dibandingkan 2,3% sebelumnya. Namun, potensi resesi ekonomi masih sangat mungkin terjadi
"ECB akan mengakui bahwa resesi adalah risiko yang masuk akal terjadi, tetapi itu bukan masalah mendasar yang mereka hadapi pada saat ini," kata Andrew Mulliner, kepala Strategi Agregat Global di Janus Henderson.
Di sisi lain, jatuhnya euro ke paritas terhadap dolar AS untuk pertama kalinya dalam dua dekade menimbulkan masalah bagi ECB. Membiarkan mata uang jatuh memperburuk inflasi yang udah jauh di atas target 2%.
Sikap yang lebih hawkish untuk menopang mata uang, atau kenaikan suku bunga yang lebih cepat dapat menekan pertumbuhan. Namun, langkah untuk mendorong penguatan euro terlihat tidak mungkin.
"Mereka tahu bahwa terjebak dalam lingkaran mencoba untuk mendukung mata uang Anda melalui tindakan bank sentral cukup berbahaya karena Anda perlu mengencangkan terlalu banyak, merugikan ekonomi dan mata uang," kata Mulliner dari Janus Henderson.