Sri Lanka Tak akan Dapat Dana Talangan IMF Hingga Pemerintahan Stabil

Abdul Azis Said
25 Juli 2022, 13:54
sri lanka, krisis, imf, krisis sri lanka
ANTARA FOTO/REUTERS/Indunil Usgoda Arachchi
Ilustrasi. Sri Lanka sedang dilanda krisis keuangan yang merembet ke krisis multidimensi.

Sri Lanka membutuhkan bantuan dana talangan dari Dana Moneter Internasional atau IMF untuk menyelamatkan negaranya dari krisis keuangan yang kini telah berubah menjadi krisis multidimensi. Profesor dari Johns Hopkins University Deborah Brautigam menilai Sri Lanka perlu memiliki pemerintahan yang stabil agar IMF dapat masuk dan memberikan dana talangan. 

“IMF tidak dapat berinteraksi dengan pemerintah, ketika keadaan sebuah negara berada dalam mode krisis yang berkelanjutan. Jadi, hingga pemerintah Sri Lanka stabil dan memiliki menteri keuangan, tidak ada yang bisa diajak bicara oleh IMF, ” kata Deborah Brautigam kepada “Squawk Box Asia” CNBC pada hari Jumat.

Advertisement

Sri Lanka telah dilanda protes selama berbulan-bulan dan menderita krisis ekonomi terburuk sejak kemerdekaan.

Orang-orang biasa berjuang untuk membeli kebutuhan pokok, seperti makanan, obat-obatan dan bahan bakar, melakukan aksi proyes dan mengamuk. Pekan lalu, mantan presiden Gotabaya Rajapaksa melarikan diri dari negara itu dan mengundurkan diri setelah pengunjuk rasa menyerbu kediamannya.

Para legislator negara itu telah memilih Ranil Wickremesinghe, mantan perdana menteri negara itu, sebagai presiden. Pria berusia 73 tahun itu mengambil alih sebagai perdana menteri pada Mei ketika kakak laki-laki Rajapaksa, Mahinda Rajapaksa, mengundurkan diri.

Belum jelas apakah perubahan kepemimpinan ini akan memuaskan para pengunjuk rasa.

"IMF harus dapat bekerja sama dengan pemerintah Sri Lanka untuk menyusun sebuah program," kata Brautigam, seorang profesor ekonomi politik internasional.

Halaman:
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement