Sri Mulyani Catat Modal Asing Sudah Kabur Rp 30 T Sepanjang Juli

Abdul Azis Said
1 Agustus 2022, 17:51
modal asing, arus modal asing
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/YU
Ilustrasi. Arus keluar modal asing terutama terjadi sepanjang tiga pekan pertama bulan lalu. Namun, memasuki pekan terakhir yakni sepanjang 25-28 Juli, terjadi arus masuk modal asing sebesar Rp 5,6 triliun.

Arus keluar modal asing dari pasar keuangan domestik masih berlanjut memasuki bulan pertama kuartal ketiga tahun ini. Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melaporkan, aliran modal asing keluar sudah mencapai US$ 2,05 miliar atau Rp 30,5 triliun (kurs 14.900/US$) sepanjang 1-28 Juli 2022.

"Hal ini sejalan dengan ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi," kata Ketua KSSK sekaligus Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam konferensi pers secara daring, Senin (1/8).

Arus keluar modal asing terutama terjadi sepanjang tiga pekan pertama. Namun, memasuki pekan terakhir yakni sepanjang 25-28 Juli, terjadi arus masuk modal asing sebesar Rp 5,6 triliun.

Kinerja arus modal portofolio asing pada awal kuartal kedua tersebut merupakan pembalikan dari kuartal sebelumnya. KSSK melaporkan, sepanjang periode April-Juni 2022, terdapat net inflow alias arus masuk modal asing secara neto sebesar US$ 0,2 miliar alias Rp 2,9 triliun.

Sri Mulyani melihat, neraca transaksi modal dan finansial masih akan terjaga sepanjang kuartal kedua. Hal ini didukung oleh aliran modal asing masuk dalam bentuk Penanaman Modal Asing (PMA) serta masih adanya inflow di investasi portofolio sekalipun relatif kecil.

Neraca perdagangan juga masih melanjutkan surplus yang sudah berlangsung lebih dari dua tahun. Khusus selama kuartal II 2022, surplus neraca perdagangan mencapai US$ 15,55 miliar. Hal ini akan mendukung surplus transaksi berjalan pada kuartal II diproyeksikan masih lebih tinggi dibandingkan kuartal I.

"Dari sisi kinerja neraca pembayaran Indonesia, masih diperkirakan tetap kuat di tengah tekanan terjadinya arus modal keluar," kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menyebut, ketidakpastian di pasar keuangan global menjadi pemicu keluarnya modal asing, khususnya investasi portofolio. Kondisi ini turut berdampak terhadap pelemahan nilai tukar. Meski demikian, asesmen KSSK melihat depresiasi rupiah tidak separah beberapa negara lain, seperti India dan Thailand.

Ia menjelaskan, ketidakpastian di pasar keuangan global terutama, dipicu kenaikan inflasi. Tekanan kenaikan harga-harga,  memaksa bank-bank sentral terutama di negara maju mengambil langkah agresif untuk meredakannya. Bank sentral AS, The Federal Reserve dalam dua pertemuannya mengerek bunga masing-masing 75 bps. Beberapa negara maju lain seperti Inggris, Kanada dan zona euro memperketat moneter demi memerangi inflasi.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...