Harga BBM Naik, Kemenkeu: Lonjakan Inflasi Hanya Berlangsung Dua Bulan
Pemerintah memutuskan menaikan harga BBM bersubsidi dan Pertamax mulai 3 September. Kementerian Keuangan memperkirakan dampaknya terhadap lonjakan inflasi hanya akan berlangsung hingga dua bulan dan akan kembali normal pada November.
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menyebut kenaikan harga BBM ini akan mengerek inflasi utamanya dua bulan pertama, yakni September dan Oktober. "Semoga bulan November mulai kembali ke pola normal. Biasanya inflasi yang seperti ini cepat, dalam satu dua bulan naik, kemudian bulan ketiga mulai normalisasi," kata Suahasil dalam interview dengan CNBC Indonesia TV, Senin (5/9).
Ia memastikan pemerintah akan terus memonitor perkembangan inflasi terutama yang disumbag dari kenaiakn harga tersebut. Namun, ia tidak menjelaskan berapa perkiraan inflasi hingga akhir tahun.
Dalam perkiraan sebelum pengumuman kenaikan harga BBM, pemerintah memperkirakan inflasi tahun ini akan berada di level 4-4,8%. Suahasil hanya menyebut, kenaikan harga BBM pasti akan mengerek inflasi tahun ini.
"Tapi tidak apa-apa, dengan kenaikan harga ini akan memberi insentif kepada produsen untuk melihat bawah kita bisa melakukan produksi lebih kuat lagi," kata Suahasil.
Pemerintah resmi mengumumkan kenaikan harga tiga jenis BBM yang mulai berlaku pada 3 September. Harga Pertalite dikerek dari sebelumnya Rp 7.650 menjadi Rp 10 ribu. Harga Solar juga naik dari p 5.150 menjadi Rp 6.800, serta Pertamax yang dinaikkan dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyebut, kenaikan ketiga jenis BBM tersebut akan memicu kenaikan inflasi. Ia menghitung, kenaikan harga pertalite dan pertamax secara total akan menyumbang inflasi sebesar 1,35%, sementara kenaikan harga solar berkontribusi terhadap tambahan inflasi 0,17%.
Dengan demikian, menurut dia, inflasi pada akhir tahun diprediksi berada di kisaran 6,27%, lebih tinggi dari proyeksi awalnya hanya 4,6%. Inflasi inti juga akan terkerek naik ke kisaran 4,35%.
"Hitungan ini sudah memperhitungkan first round impact atau dampak langsung, dan second round impact atau dampak lanjutan kenaikan harga BBM ke inflasi seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan sebagian harga barang dan jasa lainnya pula," kata Faisal dalam risetnya, Minggu (4/9).
Ia memperkirakan dampak lanjutan kenaikan harga BBM akan bertahan hingga tahun depan, terutama di paruh pertama. Hal ini disebabkan adanya kondisi sticky price atau harga beberapa barang dan jasa yang cenderung lambat terhadap penyesuaian harga. Ia memperkirakan inflasi tahun depan di rentang 3,5%-4%.