Hari Terakhir Perdagangan 2022, Rupiah Dibuka Menguat 15.635/US$
Nilai tukar rupiah dibuka menguat 22 poin ke level Rp 15.636 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Rupiah diramal menguat pada perdagangan hari terakhir tahun ini di tengah pelemahan dolar AS dan pelaku pasar yang kembali masuk ke aset berisiko saham.
Mengutip Bloomberg, rupiah semakin perkasa ke level Rp 15.625 pada pukul 09.30 WIB. Mayoritas mata uang Asia lainnya juga menguat terhadap dolar AS. Yen Jepang terapresiasi 0,33% bersama won Korea Selatan 0,30%, rupee India 0,07%, yuan Cina 0,12%, ringgit Malaysia 0,17% dan baht Thailand 0,26%. Sebaliknya, dolar Singapura melemah 0,06% bersama peso Filipina 0,02% dan dolar Taiwan dan Hong Kong yang kompak terkoreksi 0,01%.
Analis DCX Lukman Leong memperkirakan, rupiah akan menguat karena dolar AS melemah dan pasar mulai masuk ke aset berisiko. Rupiah akan diperdagangkan di rentang Rp 15.600-Rp 15.700 per dolar AS di perdagangan hari terakhir tahun ini.
"Rupiah diperkirakan menguat oleh sentimen risk on. Tidak Tidak ada perkembangan yg istimewa, rebound di wallstreet lebih ke teknikal oleh short covering dan bargain hunting," kata Lukman dalam risetnya, Jumat (30/12).
Indeks Wall Street ditutup menghijau pada perdagangan kemarin. Dow JOnes Industrial Average menguat 1,05%, S&P 500 menguat 1,75% dan Nasdaq Composite 2,59%. Indeks utama Eropa juga menghijau, seperti FTSE 100 Index Inggris 0,21%, DC Jerman 1,05%, CAC 40 Perancis 0,97%.
Sentimen positif juga menjalar ke aset berisiko di Asia, terlihat dari indeks utama yang menguat. Nikkei 225 Jepang menguat 0,24%, Shanghai SE COmposite Cina 0,55%, Hang Seng Hong Kong 1,13% dan Nifty 50 India 0,38%.
Meski demikian, Lukman melihat penguatan rupiah yang didorong oleh risk on tersebut akan terbatas. Penyebabnya karena perdagangan hari ini adalah sesi perdagangan terakhir 2022 sehingga investor cenderung sideline.
Senada, analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra juga memperkirakan, rupiah akan menguat pada penutupan perdagangan tahun ini. Rupiah akan menguat ke arah Rp 15.620, dengan potensi resisten di kisaran Rp 15.700 per dolar AS.
"Pagi ini, nilai tukar dollar AS kelihatan terkoreksi terhadap mata uang utama, juga terhadap nilai tukar regional. Tingkat imbal hasil obligasi AS juga terlihat menurun," kata Ariston dalam risetnya.
Meski demikian, ia melihat pergerakan rupiah bisa berubah drastis hari ini karena volume perdagangan cenderung menipis pada akhir tahun. Di sisi lain, sentimen negatif bisa kembali menguat dan mendorong penguatan dolar AS terutama antisipasi pasar terhadap suku bunga tinggi di Amerika Serikat.