Faisal Basri: Ekonomi Indonesia Lebih Didukung Otot Ketimbang Otak
Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih banyak didukung faktor-faktor nonproduktif atau yang disebut ekonom senior INDEF Faisal Basri sebagai pertumbuhan yang bertumpu pada otot. Hal ini yang menjadi alasan perekonomian Indonesia terus tumbuh melambat.
Indikasi bahwa ekonomi Indonesia lebih ditopang oleh otot ketimbang otak terlihat dari kontribusi total factor productivity (TFP) dalam perekonomian yang rendah dibandingkan banyak negara lain. TFP menjadi indiaktor ini dipakai untuk mencerminkan tingkat produktivitas suatu negara dan kemajuan teknologi.
"Kalau dilihat sejak 2010, makin terlihat TFP Indonesia terus turun bebas. Jadi, penggunaan otot semakin dominan," kata Faisal dalam diskusi daring, Kamis (5/1).
Dalam paparannya, ia menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2000-2020 rata-rata 71% ditopang modal yang berbasis non-IT. Sumbangan dari tenaga kerja mencapai 45%, sedangkan sumbangan modal yang berbasis IT hanya 4%, Sementara itu, kontribusi TFP terhadap pertumbuhan justru minus 19%.
Indonesia termasuk sedikit negara di kawasan yang sumbangan TFP ke dalam pertumbuhan ekonominya paling rendah, selain Myanmar, Brunei Darussalam dan Fiji. Beberapa negara lain di kawasan, Thailand misalnya, sumbangan modal non-IT relatif rendah, sedangkan kontribusi dari TFP sebesar 19%.
"Semakin banyak pakai komponen otak (TFP), semakin kencang pertumbuhan ekonomi, semakin banyak pakai otot perkembangannya akan melambat terus," kata Faisal.