Kinerja Ekspor 2022 Tembus Rekor US$ 291,98 M, Tapi Trennya Menurun
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatatkan ekspor pada Desember 2022 mencapai US$ 23,83 miliar, turun 1,1% dibandingkan bulan sebelumnya. Meski demikian, kinerja ekspor sepanjang tahun lalu menembus rekor tertinggi sepanjang sejarah mencapai US$ 291,98 miliar.
Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, kinerja ekspor selama empat bulan berturut-turut menurun dari sisi nilai maupun volume. Penurunan ekspor pada Desember terjadi pada ekspor nonmigas sebesar 2,73% secara bulanan menjadi US$ 22,35 miliar, sedangkan ekspor migas melonjak 32,45% menjadi US$ 1,48 miliar.
"Kinerja ekspor menurun selama empat bulan berturut-turut, baik dari sisi nilai maupun volume. Ekspor migas masih meningkat karena kenaikan harga minyak" ujar Margo dalam konferensi pers, Senin (16/1).
Margo mencatat, kinerja ekspor pada bulan lalu masih meningkat secara tahunan sebesar 6,58%. Namun, pertumbuhannya melambat dibandingkan Desember 2021 yang tumbuh mencapai 35,18% secara tahunan.
Meski demikian, ia mencatat kinerja ekspor sepanjang tahun lalu melonjak 26,07% mencapai US$ 291,98 miliar. Kinerja ini adalah yang tertinggi dalam sejarah berdasarkan catatan Katadata.co.id.
Margo menjelaskan ekspor nonmigas sepanjang tahun lalu naik 25,8% menjadi US$ 275,96 miliar, sedangkan ekspor migas naik 30,82% menjadi US$ 16,02 miliar.
Menurut Margo, ekspor nonmigas sepanjang tahun lalu terutama berasal dari industri pengolahan yang mencapai US$ 206,35 miliar, naik 16,45% dibandingkan 2021. Namun, kenaikan tertinggi dicatatkan sektor pertambangan sebesar 71,22% mencapai US$ 64,92 miliar.
Ia mencatat, beberapa peristiwa mempengaruhi kinerja ekspor sepanjang tahun lalu. Perang Rusia dan Ukraina menganggu rantai pasok global tetapi menciptakan 'durian runtuh' bagi harga batu bara yang menjadi komoditas unggulan ekspor Indonesia.
"Pada April dan Mei ada larangan ekspor batu bara. Lalu semester kedua, ada penghapusan pungutan pajak ekspor CPO, Agustus 2022 terjadi krisis energi di Uni Eropa, dan Indonesia dinyatakan kalah dalam gugatan di WTO terkait larangan ekspor bijih nikel," ujarnya.
Di sisi lain, menurut dia, terjadi perlambatan perekonomian sejumlah negara mitra dagang Indonesia, terutama memasuki akhir 2022. IMF, Bank Dunia, dan sejumlah lembaga internasional memangkas proyeksi perekonomian untuk tahun lalu dan 2023.
Perlambatan ekonomi global membuat tren ekspor menurun sejak September, terlihat dari databoks di bawah ini.