BI Catat Transaksi E-Commerce Melambat Akibat Pandemi Mereda
Bank Indonesia melaporkan transaksi e-commerce sepanjang tahun lalu berdasarkan data realisasi sementara tumbuh 19% dibandingkan 2021 mencapai Rp 479,3 triliun. Pertumbuhan tersebut melambat dibandingkan pertumbuhan 2021 yang mencapai 33,2% seiring pemulihan pandemi dan tren social commerce.
Realisasi sementara transaksi e-Commerce tahun lalu juga berada di bawah target Bank Indonesia sebesar Rp 489 triliun.
"Setelah kami lihat, kami harus memahami bahwa e-commerce itu kan blessing pada saat mobilitas rendah. Jadi, kami melihat kemungkinan meningkatnya transaksi offline itu yang menyebabkan e-commerce turun," kata Deputi Gubernur BI Doni P Joewono dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (19/1).
Doni menjelaskan, perlambatan transaksi di e-commerce tersebut seiring menjamurnya tren social commerce. Ini merupakan tren berjualan lewat media sosial baik whatsapp hingga facebook.
Faktor lainnya yang menyebabkan perlambatan transaksi e-commerce yakni biaya. BI tengah mengkaji kemungkinan perlambatan transaksi di e-commerce karena biaya transaksi lewat social commerce yang lebih murah dibandingkan e-commerce.
Meski di bawah target, Doni menyebut realisasi pertumbuhan transaksi e-commerce tetap terbilang tinggi. Pertumbuhan transaksi e-commerce di Indonesia diakui lembaga internasional, IMF, termasuk yang tertinggi di dunia.
Berdasarkan Data IMF, pendapatan e-commerce di Indonesia pada 2020 tumbuh nyaris 60% dan menjadi yang tertinggi dibandingkan negara Asia lainnya. Pertumbuhan tersebut bahkan melampaui Cina yang tak sampai 20% hingga Jepang yang di bawah 30%. Kinerja ini termasuk lebih baik dibandingkan di AS dan beberapa negara maju di Eropa yang tumbuh di bawah 30%.