BI: Banyak Perusahaan Bangkrut jika Subsidi Energi 2022 Tak Ditambah

Bank Indonesia menilai keputusan pemerintah mempertebal anggaran subsidi dan kompensasi energi tahun lalu membantu bank sentral tidak menaikkan suku bunga agresif karena inflasi tak meroket. Hal ini juga berarti membantu banyak perusahaan tahun lalu lolos dari kebangkrutan jika bunga pinjaman melonjak.
Pemerintah mempertebal anggaran susidi dan kompensasi energi tahun lalu menjadi lebih dari Rp 500 triliun seiring harga minyak dunia yang melonjak. Kenaikan anggaran tersebut berarti inflasi juga bisa ditahan tidak terlalu tinggi.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebutuhan untuk menambah anggaran tersebut sebagian dipenuhi dari burden sharing alias berbagi beban Bank Indonesia dan pemerintah. Lewat Surat Keputusan Bersama (SKB) III, BI membantu menyediakan utang murah ke pemerintah dengan memborong Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 224 triliun di pasar perdana.
Perry mengatakan, kerja sama SKB III itu semula hanya untuk memenuhi belanja pemerintah yang berkaitan dengan kesehatan terkait pandemi Covis-19. Namun, dananya digeser untuk subsidi energi seiring penggunaan untuk kesehatan tidak besar.
"Menkeu dan saya paham subsidi kan tidak bagus, tetapi itu kalau zaman normal. Kalau tahun lalu tidak ditambah subsidi, maka inflasi kita akan berapa? Bisa 15%. Kalau inflasinya 15%, berapa suku bunganya? 17%? Kalian semua gulung tikar lah," kata Perry dalam seminar Infobank, Rabu (25/1).
Harga BBM subsidi tetap naik walapun pemerintah sudah mempertebal anggaran. Kenaikan harga BBM subsidi sekitar 30% pada September membuat inflasi meroket dan mencapai puncaknya 5,95% secara tahunan pada bulan tersebut.
BI sempat mengantisipasi inflasi akan terus naik hingga melampaui 6% pada akhir tahun lalu. Meski demikian, realisasinya lebih rendah sebesar 5,51%.
Suku bunga acuan bank sentral ikut naik seiring lonjakan inflasi tersebut mencapai 225 bps menjadi 5,75%. Meski demikian, Perry menyebut kenaikan bunga tersebut tidak setinggi bank sentral lainnya. Bank Sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve misalnya sudah menaikkan 4,25% menjadi 4,25%-4,5%.
"Jangan membandingkan 5% suku bunga The Fed dengan 5,75% suku bunga kita," kata Perry.
BI juga mengimbau para bankir untuk tidak ikut menaikkan suku bunga pinjaman sekalipun bunga acuan BI sudah dikerek Hal ini karena likuditias di perbankan dinilai masih cukup besar.
Subsidi Energi 2022
Kementerian Keuangan melaporkan realisasi sementara untuk belanja subsidi dan kompensasi energi tahun lalu sebesar Rp 551,2 triliun, lebih besar Rp 48,7 triliun dari pagu yang disediakan. Anggaran tetap tidak cukup sekalipun pemerintah sudah menaikkan BBM bersubsidi, Pertalite dan Solar pada September 2022.
"Kenaikan harga Pertalite dan Solar 30% pada September kemarin relatif modest, ini karena kami tetap ingin melindungi momentum pemulihan, tetapi konsekuensinya anggaran melonjak lebih dari tiga kali lipat dan pada akhir tahun kita melihat realisasinya bahkan lebih tinggi lagi," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KiTA, Selasa (3/1).
Belanja subsidi dan kompensasi energi tahun lalu sebesar Rp 502,4 triliun untuk BBM, LPG, dan listrik. Pembengkakan terutama terjadi pada belanja kompensasi untuk BBM dan listrik. Realisasi kompensasi BBM bengkak Rp 54,7 triliun, kompensasi listrik Rp 31,1 triliun, dan subsidi BBM Rp 600 miliar. Namun, ini surplus pada subsidi LPG dan listrik, yang berarti realisasinya lebih rendah dari pagu.
"Kami melakukan optimalisasi dari sejumlah kegiatan yang anggarannya tidak terserap seluruhnya sehingga kita dapat mengalihkannya untuk membayar subsidi dan kompensasi," kata Dirjen Anggaran Kemenkeu Isa Rachmatarwata dalam acara yang sama dengan Sri Mulyani.