Rupiah Anjlok 1,6% dalam Sepekan Imbas Data Tenaga Kerja AS

Nilai tukar rupiah anjlok 1,6% sepanjang pekan ini ke level Rp 15.134 per dolar As di pasar spot. Pasar khawatir data ketenagakerjaan AS bahwa bank sentral AS, The Federal Reservet masih akan hawkish seiring pasar ketenagakerjaan yang masih kuat.
Hawkish adalah kondisi yang memungkinkan bank sentral untuk segera menaikkan suku bunga atau memperketat kebijakan moneter. Sebaliknya, dovish adalah kondisi yang memungkinkan bank sentral untuk menunda menaikkan suku bunga atau melonggarkan kebijakan moneter.
Pelemahan rupiah sepanjang pekan ini merupakan pembalikan setelah dua pekan sebelumnya kurs garuda konsisten bergerak di bawah Rp 15.000 per dolar AS. Pembalikan tajam terutama di awal pekan ini dengan parkir di level Rp 15.148 pada Selasa. Hal ini seiring data ketenagakerjaan AS bulan Januari yang dirilis akhir pekan lalu menunjukkan kondisi yang masih kuat.
Data ketenagakerjaan AS awal 2023 menunjukkan kondisi yang sangat kuat dalam rilis akhir pekan lalu. Hal ini tercermin dari data pembayaran gaji pekerja nonpertanian alias nonfarm payroll Januari meningkat 517 ribu, hampir dua kali lipat dari bulan sebelumnya dan jauh di atas perkiraan pasar 187 ribu. Tingkat pengangguran turun ke 3,4%, rekor terendahnya sejak Mei 1969. Angka ini juga lebih rendah dibandingkan perkiraan pasar 3,6%.
"Investor terlihat ragu dan kembali khawatir apabila penurunan inflasi akan melambat menyusul data non farm payroll minggu lalu," kata Lukman dalam catatan pagi ini, Jumat (10/2).
Komentar Gubernur The Fed Jerome Powell soal disinflasi atau penurunan inflasi pada Selasa malam bahkan tak banyak membantu. Rupiah memang sempat menguat pada sehari setelahnya, tetapi kembali melemah dalam dua hari terakhir karena pasar juga menyoroti pernyataan Powell bahwa kenaikan mungkin masih akan terus dilakukan jika pasar tenaga kerja masih kuat dan inflasi terus naik.
Pasar kini juga akan menantikan data inflasi konsumen AS bulan Januari yang akan dirilis pekan depan. Mengutip investing.com, inflasi diperkirakan masih tinggi di 6,2% secara tahunan, tetapi melandai dari bulan sebelumnya 6,5%.
Adapun The Fed terus memantau kondisi pasar tenaga kerja dan inflasi sebagai pertimbangan arah kebijakannya ke depan. Pertemuan The Fed berikutnya digelar bulan depan dengan mayoritas pasar berekspektasi bunga kembali naik 25 bps, namun beberapa masih ada yang bertaruh bunga naik 50 bps.