Rupiah Melemah Tertekan Kekhawatiran Efek Bangkrutnya Bank di AS

Nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis 14 poin ke level Rp 15.391 per dolar AS di pasar spot pagi ini. Kejatuhan beberapa bank di Amerika Serikat memicu kekhawatiran pasar meskipun musibah ini mendorong harapan bank sentral AS, The Federal Reserve tidak lagi agresif mengerek suku bunga dan mendukung penguatan mata uang Asia, termasuk rupiah.
Mengutip Bloomberg, rupiah berbalik menguat dari posisi pembukaan ke arah Rp 15.384 pada pukul 09.45 WIB, tetapi masih melemah 0,05% dari posisi sore kemarin.
Mayoritas mata uang Asia lainnya bergerak juga melemah terhadap USD. Pelemahan juga dialami yen Jepang 0,38%, dolar Singapura 0,12%, won Korsel 0,29%, peso Filipina 0,16%, rupee India 0,10%, yuan Cina 0,24% dan baht Thailand 0,16%. Sebaliknya, ringgit Malaysua, dolar Taiwan dan Hong Kong masih mampu menguat.
Analis DCFX Lukman Leong memperkirakan rupiah akan melemah hari ini setelah kejatuhan beberapa bank lainnya di Amerika Serikat memicu meluasnya sentimen risk off alias menghindari risiko dan dolar AS rebound. Rupiah diperkirakan bergerak di rentang Rp 15.300-Rp 15.500 per dolar AS.
Pasar tak hanya digegerkan oleh kejatuhan Silicon Valley Bank (SVB), tetapi juga Signature Bank tak lama berselang. Bank yang berbasis di New York itu merupakan spesialis pemberi pinjaman untuk industri kripto.
"Rupiah diperkirakan akan melemah oleh rebound pada dolar AS di tengah meluasnya sentimen risk off di pasar dengan kejatuhan bank-bank di AS," kata Lukman dalam catatannya pagi ini, Selasa (14/3).
Namun, kejatuhan beberapa bank itu memicu meluasnya ekspektasi bahwa bank sentral AS, The Fed tidak akan agresif lagi menaikkan suku bunga acuannya. Pembuat kebijakan The Fed akan kembali bertemu pada 22 Maret mendatang dengan ekspektasi pasar bahwa bank sentral hanya menaikkan bunga 25 bps atau bahkan tidak merubah kebijakannya bunganya sama sekali.
Sebelum adanya kabar kebangkrutan SVB akhir pekan lalu, pasar mulai khawatir The Fed kembali mengambil langkah kenaikan bunga yang agresif. Hal ini didukung sejumlab data tenaga kerja yang solid dan inflasi yang masih tinggi. Namun ekspektasi itu berbalik dengan pandangan bahwa The Fed akan less agresif dan level terminal rate tidak akan setinggi sebelumnya setelah kebangkrutan SVB.
Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra memperkirakan, rupiah masih akan menguat seiring ekspektasi The Fed akan menahan diri mengerek suku bunga. Rupiah berpotensi menguat ke arah Rp 15.330, dengan potensi pelemahan di kisaran Rp 15.400 per dolar AS.
"Turunnya ekspektasi terhadap agresivitas the Fed dalam menaikan suku bunga acuan ini, bisa menjadi pendorong penguatan rupiah hari ini. Tapi tentunya kekhwatiran pasar terhadap dampak buruk masalah kebangkrutan tersebut bisa membatasi penguatan," kata Ariston dalam catatannya.