IMF Peringatkan Risiko Kenaikan Utang Korporasi Asia, Bagaimana RI?

Abdul Azis Said
3 Mei 2023, 19:50
pertumbuhan ekonomi, ekonomi Indonesia, gagal bayar, gagal bayar utang, utang swasta, utang, IMF
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/foc.
Ilustrasi. Ekonomi menilai kondisi utang luar negeri korporasi di Indonesia masih aman meski IMF memberi peringatan terkait risiko utang korporasi di Asia yang meningkat seiring kenaikan suku bunga.

Dana Moneter Internasional atau IMF memperingatkan meningkatnya risiko gagal bayar utang sektor swasta di Asia seiring era suku bunga tinggi. Namun, ekonom melihat kondisi korporasi di dalam negeri relatif masih cukup baik.

IMF menyebut utang swasta di Asia terkonsentrasi di perusahaan-perusahaan dengan rasio cakupan bunga atau interest coverage ratio (ICR) yang rendah atau kurang dari satu. ICR ini mencerminkan kemampuan perusahaan untuk membayar bunga. Semakin rendah rasionya maka kesanggupan membayar utang semakin buruk.  

Advertisement

"Pada pertengahan 2022, lebih dari 20% utang perusahaan di Cina, India, Indonesia, Korea Selatan dan Thailand dimiliki oleh perusahaan dengan ICR rata-rata kurang dari satu selama empat kuartal, perusahaan ini dianggap beresiko bangkrut," dikutip dari laporan terbaru IMF, Rabu (3/5).

Konsentrasi utang di perusahaan yang berisiko itu jauh di atas rata-rata historis. Mayoritas berasal dari sektor industri, properti serta konstruksi. Risiko bisa makin besar jika pasar keuangan makin ketat dan intermediasi perbankan turun tajam.

Lalu bagaimana kondisi korporasi di Indonesia? Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual melihat kondisi utang perusahaan-perusahaan di Indonesia masih cukup aman. Baik utang yang berasal dari dalam maupun luar negeri menunjukkan kondisi masih aman.

Posisi utang luar negeri sektor swasta Indonesia sebesar US$ 198,5 miliar pada Februari 2023, menyentuh di bawa US$ 200 miliar untuk pertama kalinya sedikitnya dalam setahun terakhir. Posisi tersebut turun 3,4% dibandingkan tahun lalu, baik utang lembaga keuangan maupun non keuangan.

David melihat minat swasta untuk menarik utang dari luar negeri setahun terakhir tidak setinggi saat booming komoditas pada tahun 2010-2014. 

"Risiko suku bunga tinggi tentu akan mempengaruhi swasta yang utangnya dalam dolar dan struktur bunganya ada yang termasuk variabel yang akan naik sesuai peningkatan suku bunga di luar negeri," kata David, Rabu (3/5).

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...
Advertisement