Tersisa Sepekan Sebelum AS Gagal Bayar, RI Harus Waspada?

Abdul Azis Said
24 Mei 2023, 17:43
dolar AS, gagal bayar, amerika serikat
ANTARA FOTO/PUSPA PERWITASARI
Ilustrasi. Pemerintah AS akan kehabisan dana jika kesepakatan untuk menaikkan plafon utang tak tercapai hingga awal bulan depan.

Amerika Serikat terancam mengalami gagal bayar pada 1 Juni 2023 seiring masih buntunya pembahasan  terkait kenaikan plafon utang. Risiko tersebut hingga saat ini masih memiliki dampak yang terbatas pada pasar keuangan Indonesia, tetapi berisiko meningkatkan tekanan jika benar-benar terjadi.

Menteri Keuangan Janet Yellen sudah mewanti-wanti bahwa pemerintah AS akan kehabisan dana jika kesepakatan untuk menaikkan plafon utang tak tercapai hingga awal bulan depan. Ini artinya, pemerintah berisiko shut down alias tutup sementara dan tak mampu membayar semua tagihannya, termasuk membayar utang jatuh tempo yang bisa berujung default atau gagal bayar.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, kekhawatiran pasar soal alotnya kesepakatan plafon utang ini telah menjadi perhatian pasar setidaknya dua pekan terakhir. Hal ini mempengaruhi minat investor untuk menanamkan modalnya ke aset berisiko termasuk di Indonesia.

Namun, Josua menyebut dampaknya relatif terbatas. Hal ini tercermin dari outflow atau aliran keluar modal asing dari pasar obligasi pemerintah Indonesia dan pasar saham relatif kecil. Selain itu, tekanan terhadap nilai tukar juga tak signifikan. Kurs garuda dinilai masih stabil.

Di sisi lain, imbal hasil atau yield surat utang pemerintah AS yang meningkat karena kekhawatiran default tak serta merta mengerek yield surat utang pemerintah Indonesia. Ia menyebut yield di dalam negeri justru menurun yang mencerminkan minat investor masih positif.

"Kami lihat ada kepercayaan diri dari investor domestik yang mendorong penurunan yield surat utang pemerintah Indonesia saat kepemilikan asing justru turun atau terjadi outflow," kata Josua, Rabu (24/5).

Menurutnya, sekalipun investor khawatir soal risiko default di AS, tapi mereka juga optimistis dengan fundamental ekonomi Indonesia. Berbagai data domestik membaik seperti surplus neraca pembayaran yang meningkat dan inflasi terus turun. Berbagai perbaikan data itu yang mendukung obligasi domestik berada pada tren membaik.

Halaman:
Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...