BI: Rupiah Menguat 3,85%, Lebih Perkasa dari Rupee, Baht, dan Peso

Abdul Azis Said
5 Juni 2023, 15:23
rupiah, rupiah hari ini, bank indonesia
Arief Kamaludin|KATADATA
BI memperkirakan rupiah masih menguat rata-rata 14.600-15.100 per dolar AS pada tahun ini.

Bank Indonesia optimistis rupiah masih akan terus menguat pada tahun ini di level Rp 14.800-15.200 per dolar AS untuk rata-rata sepanjang tahun. Optimisme tersebut ditopang fundamental ekonomi seperti pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang baik.

"Kami meyakini bahwa rupiah akan menguat," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam rapat dengan Komisi XI DPR RI, Senin (5/6).

Rupiah diklaim lebih tangguh dibandingkan beberapa mata uang negara lainnya di kawasan. Rupiah menguat 3,85% terhadap dolar AS sepanjang tahun ini, lebih moncer dibandingkan kinerja rupee India, baht Thailand dan peso Filipina.

Perry membeberkan empat faktor pendorong rupiah masih akan terus menguat sampai akhir tahun. Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang kuat dan diperkirakan mencapao 4,5% hingga 5,3% pada tahun ini dan diperkirakan lebih tinggi pada tahun depan.

 

Kedua, inflasi yang terus melandai. Inflasi telah kembali ke batas atas target BI di 4% pada bulan lalu, dan diperkirakan mencapai 3,3% pada akhir tahun ini. 

Ketiga, imbal hasil alias yield untuk investasi portofolio di dalam negeri yang masih menarik. Hal ini diharapkan dapat menarik aliran masuk modal asing ke dalam negeri. 

Advertisement

Keempat, upaya bank sentral untuk terus melakukan langkah-langkah stabilisasi rupiah. Ini dilakukan melalui triple intervension melalui pasar spot, dan intervensi melalui pasar SBN. 

BI memperkirakan rupiah  masih menguat rata-rata 14.600-15.100 per dolar AS pada tahun ini. "Kami akan terus memastikan stabilisasi nilai tukar rupaih sesuai mandat yang diberikan kepada kami," kata Perry. 

Rupiah menguat pada perdagangan awal pekan ini. Kinerja tersebut ditopang keberhasilan pada negosiasi penangguhan plafon utang pemerintah AS pada akhir pekan lalu.

Namun demikian, pergerakan rupiah masih dibayangi oleh potensi pelemahan. Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra justru memperkirakan rupiah melemah awal pekan ini akibat perbaikan pada data tenaga kerja AS akhir pekan lalu. Data tersebut berpotensi memicu ekspektasi pasar bahwa The Fed masih akan menaikkan suku bunga.

"Kondisi tenaga kerja AS yang masih bagus bisa mendorong kenaikan inflasi lagi, padahal bank sentral AS menginginkan inflasi hanya di 2%," kata Ariston dalam catatannya pagi ini.

Reporter: Abdul Azis Said
Editor: Agustiyanti
News Alert

Dapatkan informasi terkini dan terpercaya seputar ekonomi, bisnis, data, politik, dan lain-lain, langsung lewat email Anda.

Dengan mendaftar, Anda menyetujui Kebijakan Privasi kami. Anda bisa berhenti berlangganan (Unsubscribe) newsletter kapan saja, melalui halaman kontak kami.

Artikel Terkait