Hiitungan Keuntungan Korporasi di Balik Investasi Ramah Lingkungan

Dimas Jarot Bayu
29 Februari 2020, 06:05
investasi hijau, korporasi, lingkungan
Katadata
Petani kakao Papua. Pemerintah telah memulai program investasi hijau yang dimulai di Papua dan Papua Barat, Kamis (27/2).

Pemerintah telah mencanangkan kebijakan investasi hijau untuk dijalankan di seantero negeri. Program yang diluncurkan di Papua dan Papua Barat pada Kamis (27/2) ini mendorong pelaku bisnis memanfaatkan sumber daya alam, namun di sisi lain tetap mempertahankan keberlanjutan lingkungan.

Pada tahap awal, investasi hijau di Bumi Cenderawasih didorong untuk budidaya hasil pertanian, seperti kakao, kopi, pala, dan rumput laut. Selain itu, investasi ramah lingkungan juga menyasar budidaya perikanan dan pengembangan ekowisata.

Dalam pertemuan tingkat tinggi investasi hijau di Sorong, Papua Barat, Kamis (27/2), pemerintah juga menawarkan program ini kepada 45 perusahaan. Meski demikian, belum ada kepastian dari berbagai perusahaan tersebut untuk berkomitmen dalam investasi yang berkelanjutan.

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pun memberikan tenggat satu bulan kepada perusahaan untuk membuat proposal usulan investasi hijau di Papua dan Papua Barat. Dalam proposal tersebut, mereka diminta mendetailkan bentuk investasi serta komoditas yang disasar.

Tak hanya itu, pemerintah menyiapkan pemanis yakni insentif bagi perusahaan yang terlibat dalam investasi hijau. "Kami sedang hitung ada beberapa angkanya (insentif). Nanti kami satu bulan lagi ada pertemuan di Jakarta," kata Luhut.

(Baca: Luhut Sebut Starbucks Tertarik Investasi Hijau di Papua)

Sebenarnya bukan tanpa sebab berbagai perusahaan tersebut masih belum memastikan ikut dalam program investasi hijau yang diinisasi pemerintah. Mereka masih khawatir keuntungan mereka menciut jika mengikuti pakem investasi ramah lingkungan.

"Kalau business as usual dengan tidak mengindahkan lingkungan dan sosial, mungkin pertumbuhan ekonominya bisa lebih tinggi," kata Direktur Program Yayasan Inisiatif Dagang Hijau Zakki Hakim.



Tak hanya itu, Zakki menilai investasi hijau dapat optimal jika paling tidak ada anggaran pemerintah yang digelontorkan dengan nominal US$ 200 juta atau setara Rp 2,8 triliun. Itu pun, lanjut Zakki, membutuhkan waktu selama sepuluh tahun.

Zakki mengatakan, nilai investasi selama sepuluh tahun itu diperlukan untuk pemberdayaan petani melalui pelatihan budidaya pertanian yang baik. "Kemudian akses input lebih baik, misalnya untuk bibit, agrochemical,  dan perbankan supaya bisa tingkatkan produktivitas lahan mereka," kata Zakki.

Hal senada disampaikan CEO Imagine Paul Polman yang mengatakan keuntungan yang bisa didapatkan berbagai perusahaan dalam jangka pendek cukup kecil. Ini karena ada berbagai masalah yang harus mereka hadapi, seperti infrastruktur dan edukasi. 

Halaman:
Reporter: Dimas Jarot Bayu
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...