Dampak Pandemi, Pertumbuhan Industri Makanan Minuman Tak Capai Target
Munculnya pandemi virus corona berdampak pada pertumbuhan bisnis makanan dan minuman kuartal satu 2020. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) mengatakan penjualan mamin tiga bulan pertama tahun ini hanya tumbuh 2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Angka tersebut meleset dari target yang mereka tetapkan awal tahun yakni 2,5%. Wakil Ketua Umum Bidang Kebijakan Publik Gapmmi Rachmat Hidayat mengatakan penurunan terjadi pada air minum dalam kemasan dan minuman ringan seiring adanya kebijakan pembatasan kerumunan.
“Di awal tahun pertumbuhan masih bagus tapi anjloknya mulai bulan Maret saat wabah mulai merebak," kata Rachmat kepada Katadata.co.id, Rabu (8/7).
(Baca: Peternak Sebut Harga Ayam Naik karena Turunnya Pasokan Imbas Pandemi)
Namun ada pula jenis makanan dan minuman yang tetap berjaya di kala pandemi. Rachmat mengatakan jenisnya terdiri dari bumbu dapur, saus, mentega, mie instan, serta produk-produk makanan untuk meningkatkan imunitas tubuh. “Lalu susu kemasan besar dan makanan kaleng juga meningkat,” kata Rachmat.
Rachmat juga mengatakan dampak virus corona memaksa Gapmmi mencoret target pertumbuhan yang ditetapkan tahun ini sebesar 10%. Mereka hanya mampu mematok target 4-5% dan telah disesuaikan dengan asumsi pertumbuhan ekonomi yang diprediksi minus 2% imbas Covid-19. "Angka ini sangat besar karena kami terpangkas separuhnya," kata dia.
Meski demikian ada beberapa perusahaan yang tetap menunjukkan tajinya saat pandemi. Salah satunya adalah PT Mayora Group yang mampu mengekspor produk makanan dan minuman senilai Rp 1,07 triliun.
Rachmat mengatakan hal tersebut merupakan angin segar pada industri makanan RI. Namun dia menyatakan bahwa tidak banyak perusahaan yang bernasib baik seperti Mayora saat ini. “Hanya yang besar-besar saja seperti Mayora dan Indofood. Tapi kami tidak tahu berapa angkanya,” kata dia.
Berdasarkan data Kemendag, pada periode Januari–Mei 2020, neraca perdagangan Indonesia surplus sebesar US$ 4,3 miliar. Dari angka tersebut, nilai ekspor produk makanan olahan Indonesia pada Januari−Mei 2020 tercatat sebesar US$ 1,32 miliar, meningkat 7,9% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun negara tujuan utama ekspor produk makanan olahan Indonesia pada Januari−Mei 2020 yakni Amerika Serikat senilai US$ 293,6 juta (dengan pangsa pasar 22,1%), Filipina US$ 161,4 juta (12,1%). Lalu, Malaysia US$ 101,6 juta (7,6%), Singapura US$ 74,9 juta (5,6%), dan Jepang US$ 71,9 juta (5,4%).
(Baca: Perdagangan Bebas Indonesia-Australia Berlaku, Siapa yang Untung?)