Daerah Terganjal Alat dan Dana untuk Capai Target Tes Corona dari WHO

Rizky Alika
17 September 2020, 16:49
Peneliti melakukan pengeringan beku ekstrak bahan alam untuk imunomodulator (peningkat imun tubuh) bagi pasien COVID-19 di Laboratorium Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pras.
Peneliti melakukan pengeringan beku ekstrak bahan alam untuk imunomodulator (peningkat imun tubuh) bagi pasien COVID-19 di Laboratorium Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (17/7/2020). Sejumlahd aerah masih hadapi kendala untuk memacu ets Covid-19.

Sejumlah laboratorium di daerah masih menghdapi kendala dalam melakukan tes untuk mendeteksi Covid-19. Padahal pemerintah masih perlu meningkatkan pengujian sesuai standar Organisasi kesehatan dunia (WHO)

WHO telah menyatakan jumlah ideal tes tiap pekan mencapai 1.000 orang per satu juta penduduk. Dengan jumlah penduduk Indonesia mencapai 268 juta, seharusnya tes harus dilakukan kepada 268 ribu orang tiap seminggu.

Namun dari data pemerintah, selama pekan kedua (6-12) September, hanya 134.996 orang yang dites atau separuh dari target WHO. Sulitnya memacu target ini sejalan dengan kesulitan yang dialami daerah untuk menggelar tes.

Salah satunya disampaikan petugas Laboratorium Kesehatan Provinsi Jambi yang bernama Nurlaini. Dia mengatakan Labkes Jambi belum bisa melakukan pemeriksaan dengan metode polymerase chain reaction (PCR) lantaran ketiadaan mesin.

"Kami lebih tertinggal karena kami belum ada sama sekali pemeriksaan PCR," kata Nurlaini dalam webinar yang diselenggarakan sejumlah pekerja laboratorium RI, Kamis (17/9).

Dia mengatakan pemeriksaan PCR di Jambi hanya mampu dilakukan balai milik Balai Pengawas Obat dan Makanan (POM) Jambi. Labkes lalu menjalin kerja sama dengan POM untuk menempatkan lima tenaga kesehatan.

Belakangan, muncul pula masalah ketersediaan reagen dan bahan habis pakai (BHP) di laboratorium. Mereka lalu meminta tambahan alat-alat tersebut kepada Satuan Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. “Kami sudah rapat namun belum tembus,” kata Nurlaini.

Lantaran minimnya amunisi, Labkes Jambi hanya mampu melakukan upaya penelusuran (tracing) dengan tes cepat (rapid test). Dia juga mengakui bahwa sulitnya kondisi ini membuat kasus Covid-19 di wilayah tersebut sangat minim.

Berdasarkan data Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jambi hingga Rabu (16/9) pukul 17.00 WIB, total kasus positif Covid-19 mencapai 345 kasus. Dari data Kementerian Kesehatan, hingga 14 September, Provinsi Jambi hanya mampu memeriksa 98 orang per satu juta penduduk per pekan atau salah satu yang terendah di RI.

Sementara, Rudiyanto, petugas Labkes Sulawesi Tengah menyampaikan masalah lainnya. Dia mengatakan kemampuan mesin PCR mereka hanya mampu memeriksa 14 sampel sekali beroperasi.

Dengan kapasitas tersebut, hasil pemeriksaan Covid-19 di Sulawesi Tengah maksimum 100 sampel per hari. Hasil tes dengan jumlah maksimum hanya bisa diperoleh bila para petugas laboratorium bekerja hingga malam.

Mereka juga sempat bertemu dengan Kepala Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Doni Monardo untuk meminta bantuan alat PCR demi mencapai target 200-300 sampel per hari. Namun hingga saat ini pasokan alat belum juga diterima.

Pekerjaan semakin berat karena Labkes Sulawesi Tengah juga ikut memeriksa sampel dari satu kabupaten dari Sulawesi Barat. "Kami bisa memberikan pelayanan pada teman-teman Sulawesi Barat, walau lambat karena PCR terbatas," ujar dia.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...