Jejak Kedekatan Jokowi-Abu Dhabi hingga Diabadikan Jadi Nama Jalan
Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) mengabadikan nama Presiden Joko Widodo sebagai sebuah jalan di Abu Dhabi. Jalan tersebut membelah kawasan Abu Dhabi National Exhibition Center dengan area diplomatik.
Jokowi juga mengunggah pengumuman ini lewat akun Instagramnya, Selasa (20/10). Dia mengatakan hal ini sebagai gambaran persahabatan yang kuat antara Indonesia dan UEA.
“Tersimpan harapan semoga hubungan kedua negara semakin kokoh, saling menguatkan, dan bermanfaat,” kata Jokowi dalam unggahan akun Instagramnya, Selasa (20/10).
Hubungan antara Indonesia dan Abu Dhabi memang terbangun erat selama beberapa tahun belakangan. Pada 2016, Jokowi mengunjungi kota tersebut dan sempat blusukan di Supermarket Lulu yang akhirnya membuka cabang di Cakung, Jakarta Timur.
Pertengahan 2019, Jokowi menerima kedatangan putra mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed Al Nahyan di Istana Bogor. Saat itu Jokowi bahkan menjemput Sheikh Mohamed hingga tangga pesawat di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Pada Januari 2020, Presiden sempat berkunjung ke negara tersebut dan menyaksikan kerja sama bilateral senilai lebih dari US$ 22,89 miliar atau Rp 319,9 triliun. Tak hanya itu, Presiden meminta Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan sebagai Ketud Dewan Pengarah Pembangunan Ibu Kota Baru di Kalimantan Timur.
Bukan yang Pertama
Meski demikian, Jokowi bukan tokoh RI pertama yang diabadikan sebagai nama jalan. Sebelumnya Presiden Soekarno telah menjadi nama jalan di Rabat (Maroko), Kairo (Mesir) dan Peshawar di Afghanistan.
Selain itu ada nama Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta yang diabadikan menjadi nama jalan di Haarlem, Belanda. Lalu ada nama mantan Perdana Menteri RI Sutan Syahrir yang menjadi nama jalan di Leiden dan Gouda di Negeri Kincir Angin.
Nama pejuang emansipasi wanita Raden Ajeng Kartini juga menjadi nama jalan di Negeri Kincir Angin, tepatnya di Kota Venlo, Utrecht, dan Haarlem. RA Kartini berjuang ketika Indonesia saat itu masih bernama Hindia Belanda.
Bahkan nama aktivis dan mantan Direktur Eksekutif Imparsial Munir Said Thalib juga diabadikan menjadi nama jalan kecil di Den Haag. Munir meninggal tahun 2004 saat berada di penerbangan Garuda Indonesia menuju Bandara Sciphol, Belanda.