Menimbang Inclusive Closed Loop, Sinergi Besar Pemacu Produksi Pangan

Ameidyo Daud Nasution
17 November 2020, 17:00
pangan, inclusive closed loop, kadin
ANTARA FOTO/Basri Marzuki/aww.
Petani memanen tanaman cabainya di Desa Porame, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Kamis (1/10/2020). Kadin memperkenalkan sistem baru bernama inclusive closed loop untuk meningkatkan produktivitas sekaligus kesejahteraan petani.

Penguatan hilirisasi sektor pangan akan muncul pada helatan Jakarta Food Security Summit (JFSS) 2020 yang digelar Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia pada 18 hingga 19 November mendatang. Salah satu langkah yang dilakukan adalah mengenalkan skema inclusive closed loop untuk menjaga ketahanan pangan sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani, peternak, dan nelayan.

Dalam skema ini, petani tak hanya terhubung dengan pemerintah saja namun dengan Lembaga keuangan, perusahaan, hingga ritel. Tujuannya adalah sinergi seluruh mata rantai pertanian agar menciptakan efisiensi dan peningkatan kualitas komoditas.

Advertisement

“Sekarang semua terlibat, dari pemerintah pusat, daerah, koperasi petani, perusahaan pupuk dan bibit, offtake, digital, dan Lembaga keuangan,” kata Ketua Komite Tetap Hortikultura Kadin Indonesia Karen Tambayong saat wawancara dengan Katadata.co.id, Selasa (16/11).

Model inclusive closed loop ini melibatkan empat pihak yang saling terkait yakni korporasi, perbankan, koperasi, dan pemerintah. Perusahaan bertugas membeli hasil panen. Lembaga keuangan akan menyiapkan fasilitas pendanaan dengan bunga rendah hingga asuransi sebagai perlindungan petani dari risiko gagal panen.

Koperasi dalam hal ini mencairkan pinjaman kredit bank untuk petani. Sedangkan pemerintah akan melakukan pendampingan petani baik dari benih, pupuk, mekanisasi, serta teknologi. Regulator juga memastikan ketersediaan lahan, sertifikasi, hingga penyediaan infrastruktur.

“Bahkan pada closed loop di Garut kami menambahkan pihak akademik, sehingga menjadi lima pihak,” kata Karen.

Karen mengatakan sebelum di Garut, pilot project program ini telah berjalan pada komoditas cabai merah dengan luas lahan dua hektare di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat.  Beberapa pihak yang terlibat dalam proyek ini antara lain Pupuk Kujang untuk penyediaan pupuk dan PT East West Seed Indonesia (Ewindo) selaku penyedia benih.

Selain itu PT Ranko ikut dalam manajemen pertanian, Paskomnas sebagai offtaker, dan Koperasi Petani Mekarsari sebagai koperasi petani. Hasilnya, produksi cabai di lahan tersebut meningkat dari 8 ton menjadi 12,5 ton atau 56%.

“Jadi ada interaksi dengan swasta karena pendampingan tadi, sehingga ada analisa tanah, benih juga tidak asal-asalan,” kata Karen.

Halaman:
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami
Video Pilihan
Loading...
Advertisement

Artikel Terkait