Seberapa Lengket Hubungan PDIP dan Gerindra Setelah Pilkada?

Rizky Alika
11 Desember 2020, 18:05
pilkada, pdip, gerindra
123RF.com
Pakar memperkirakan peta politik antara PDIP dan Gerindra akan semakin cair usai Pilkada 2020.

Partai Gerindra dan PDI Perjuangan (PDIP) menjalin koalisi di  wilayah untuk pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 2020. Bahkan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto Juli lalu menyatakan pihaknya paling banyak bekerja sama dengan partai besutan Megawati Soekarnoputri ini di pesta demokrasi lokal kali ini.

Kolaborasi ini seakan membuka lembaran baru keduanya usai bertarung keras pada Pemilihan Presiden 2019 lalu. Prabowo memutuskan bergabung ke dalam koalisi pemerintah yang dipimpin PDIP.

Koalisi PDIP dan Gerindra ini sebenanya bukan hal baru. Mereka pernah bekerja sama dalam memenangkan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama pada Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2014. "Dengan PDIP yang paling banyak," kata Prabowo bulan Juli lalu.

Dua partai lalu menyiapkan kadernya untuk bertarung di beberapa daerah seperti Tangerang Selatan, Depok, Medan, Malang, hingga Solo. Namun, kerja sama dua partai ini tak seluruhnya berakhir manis. 

Gerindra dan PDIP gagal memutus hegemoni keluarga Ratu Atut di Pilkada Tangerang Selatan. Paslon Muhamad-Rahayu Saraswati Djojohadikusumo kalah tipis dari paslon nomor urut 3 Benyamin Davnie-Pilar Saga Ichsan dengan angka 34,9% dan 40,7%.

Muhamad merupakan eks sekretaris daerah Tangerang Selatan yang kini diusung oleh PDIP. Sedangkan, Saras merupakan keponakan dari Prabowo. Adapun Pilar Saga adalah keponakan mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah.

Koalisi PDIP - Gerindra juga gagal menembus Depok yang merupakan basis Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Paslon Pradi Supriatna-Afifah Alia kalah atas Mohammad Idris-Imam Budi Hartono yang diusung PKS dengan angka 44% melawan 56%.

Pradi merupakan ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai Gerindra Kota Depok sejak 2010. Sedangkan, Afifah merupakan kader PDIP.

Di sisi lain, koalisi dua partai tersebut menang di beberapa wilayah, seperti Solo dan Medan. Di Solo, Gibran Rakabuming Raka-Teguh Prakosa unggul atas Bagyo Wahyono-Suparjo Fransiskus Xaverius dengan perolehan masing-masing 86,5% dan 13,5%.

Gibran merupakan putra sulung Presiden Joko Widodo yang diusung oleh PDIP, sementara Teguh Prakosa merupakan kader senior PDIP Solo.

Begitupula dengan pasangan Bobby Afif Nasution-Aulia Rachman yang unggul atas Akhyar Nasution-Salman Alfarisi dengan perolehan suara 52,5% dan 47,5%. Bobby yang merupakan menantu Presiden Jokowi diusung PDIP. Sementara Aulia adalah kader Partai Gerindra.

Lalu, bagaimana nasib koalisi PDIP-Gerindra pasca Pilkada serentak?

Peneliti senior Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Rully Akbar memperkirakan, partai oposisi dan partai koalisi pemerintah akan sulit dipetakan. Sebab, hampir semua partai saat ini masuk dalam koalisi pemerintah.

Artinya, peta politik akan semakin cair dan koalisi tergantung pada transaksi antarparpol. "Apakah ada perjanjian tertentu, atau ada hubungan politik antarpartai, atau ada konsesi tertentu antarpartai koalisi," kata Rully kepada Katadata.co.id, Kamis (10/12).

Sementara, analis politik Exposit Strategic Arif Susanto menilai, ada banyak faktor yang mempengaruhi kelanjutan koalisi ini. Pertama, kue yang ditawarkan oleh Jokowi kepada Prabowo pasca mundurnya mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Edhy Prabowo.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...