Berbagai Jurus Pemerintah Cegah Sunat Bansos Berulang

Rizky Alika
5 Januari 2021, 06:00
bansos, covid-19, jokowi
123RF.com/Sembodo Tioss Halala
Presiden Joko Widodo memerintahkan pemotongan terhadap bantuan sosial tak terjadi lagi. Kementerian Sosial akan memperbaiki model penyaluran bantuan.
  • Presiden terus mengulang instruksi agar penyaluran bansos tak dipotong
  • Kemensos siapkan program non tunai demi mencegah bantuan disunat
  • Pakar menilai masih ada celah potensi masalah dalam pemberian bansos 

Pembenahan dalam penyaluran bantuan sosial menjadi perhatian pemerintah. Bahkan, hal tersebut disampaikan  berulang kali disampaikan Presiden Joko Widodo.

Jokowi pertama kali menyinggung perlunya masyarakat menerima bansos secara utuh saat Rapat Terbatas Persiapan Penyaluran Bansos Tahun 2021 (29/12/2020). Kali kedua disampaikan Presiden saat Peluncuran Bantuan Tunai se-Indonesia Tahun 2021 pada Senin (4/1).

"Ini juga saya ulang-ulang terus agar bantuan yang diterima ini nilainya utuh, tidak ada potongan-potongan. Supaya diingatkan ini kepada penerima dan tetangga yang tidak datang," kata Jokowi di Istana Negara, Jakarta, Senin (4/1).

Jokowi pun sempat menyinggung adanya kejadian potongan bansos di Jabodetabek. Mantan Wali Kota Solo itu berharap agar peristiwa di Jabodetabek tersebut tidak terulang kembali.

Bukan tanpa sebab, penyaluran bansos ini sempat membuat Juliari Batubara tersandung kasus hukum. Ia harus digantikan Tri Rismaharini sebagai Menteri Sosial lantaran ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) karena dugaan praktik rente dalam pengiriman bantuan.

Auditor negara pun melihat adanya potongan pada bansos sehingga masyarakat menerima nominal yang lebih rendah. Berdasarkan hasil audit Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), nilai sembako sebesar Rp 300 ribu terpotong lantaran adanya ongkos angkut maupun goodie bag.

Adapun masing-masing penanganan membutuhkan biaya Rp 15.000. “Nah untuk produknya sendiri sudah Rp 270 ribu. Dalam produk ini, masih ada pula ongkos packing dan biaya lain. Kalau diakumulasi, bisa jadi harga yang diterima di bawah itu,” ujar Direktur Pengawasan Bidang Sosial dan Penanganan Michael Rolandi di kantor BNPB, Rabu (23/12).

Michael membenarkan adanya permasalahan terhadap kualitas maupun jumlah sembako. Dari sisi kualitas, terdapat masyarakat yang menerima sembako dengan kualitas rendah.

Dia memberi contoh, masyarakat yang harusnya mendapat beras premium, justru menerima beras yang berkualitas rendah. Sementara dari segi jumlah, terdapat barang yang tidak sesuai untuk dibayarkan.

Bahkan Michael mengatakan dalam penyediaan masih ada pihak lain yang ikut menyalurkan sembako. Padahal, mereka tidak memiliki wewenang maupun tanggung jawab terhadap pengadaan bansos. “Beberapa penyedia ini sifatnya dadakan, padahal dia bukan sebagai penyalur sembako,” katanya.

Risma sebenarnya telah menyoroti masalah ini usai dilantik sebagai Mensos dua pekan lalu. Ia berniat mengubah skema penyaluran menjadi non tunai agar masyarakat langsung menerima bantuan dengan nominal penuh. 

Hal ini penting lantaran jumlah tiga bantuan yang disalurkan bulan Januari mencapai Rp 13 triliun. Angka tersebut terdiri dari Rp 7,1 triliun untuk PKH, Rp 3,7 triliun untuk bantuan sembako, dan Rp 3 triliun untuk bantuan tunai di 34 provinsi.

Pemerintah pun mengganti program kartu sembako di Jabodetabek dengan Bantuan Sosial Tunai (BST) senilai Rp 200 ribu per bulan per keluarga. Penyaluran akan dilakukan oleh Himpunan Bank Negara (Himbara), yaitu Bank Mandiri, BRI, Bank BNI, dan Bank BTN.

Kemensos akan memperbaharui mekanisme pemberian kartu sembako guna mencegah terjadinya penyelewengan. Nantinya, keluarga penerima manfaat (KPM) dapat memberikan laporan kepada Kemensos terkait bantuan yang diterima.

Selain itu, bantuan yang digunakan untuk membeli hal yang tidak diperlukan akan dilakukan evaluasi oleh Kemensos. "Kalau mekanisme itu terjadi kami akan lakukan evaluasi untuk penerima bantuan," kata Risma.

Tak hanya itu, Kemensos akan memanfaatkan e-warong untuk pemanfaatan program sembako. Sembako dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan karbohidrat yaitu beras, jagung, sagu. Kemudian, protein hewani berupa telur, daging ayam, daging sapi, ikan segar.

Halaman:
Reporter: Rizky Alika, Annisa Rizky Fadila
Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...