Kisruh Demokrat, Dorongan KLB & Sorotan pada Kematangan Politik AHY
Prahara yang melanda Partai Demokrat belum juga berakhir. Pemecatan yang dilakukan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) kepada tujuh kadernya, Jumat (26/2) berlanjut dengan semakin santernya isu Kongres Luar Biasa (KLB) dengan dalih menyelamatkan partai.
Sebelumnya tujuh anggota yakni Darmizal, Marzuki Alie, Tri Yulianto, Jhoni Allen Marbun, Ahmad Yahya, Syofwatillah Mohzaib, dan Yus Sudarso dipecat dari keanggotaan partai berlambang mercy tersebut. Mereka dituduh terlibat dalam kudeta kepemimpinan Agus Harimurthi Yudhoyono (AHY).
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan kader dan pengurus Demokrat merasa terganggu dengan kelompok tersebut. “Menghambat kerja-kerja politik untuk memperjuangkan harapan rakyat," kata Herzaky, Jumat (26/2) dikutip dari Antara.
Keputusan ini disambut dengan keras oleh salah satu kader yang dipecat, Jhoni Allen Marbun. Anggota Komisi V DPR tersebut mengatakan beberapa kader bertekad menyelamatkan partai dari dinasti Cikeas.
Mantan Wakil Ketua Partai Demokrat 2010-2015 ini juga mengatakan menyerang SBY yang dianggap tak berkeringat dalam membangun partai berlambang mercy 2004 silam. Padahal 99 pendiri berusaha keras agar Demokrat bisa mengikuti Pemilu.
“Demi Tuhan, SBY tidak berkeringat apalagi berdarah-darah sebagaimana pernyataanya,” kata Jhoni dalam sebuah video yang ebredar Senin (2/3).
Bara ini juga semakin membelah kader partai pemenang Pemilu 2009 ini. Anggota Forum Pendiri Partai Demokrat Hencky Luntungan dalam konferensi pers mengatakan Demokrat terbuka menerima beberapa figure untuk menggantikan AHY, salah satunya Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD.
Meski demikian kader daerah menolak adanya KLB untuk menggulingkan AHY. Wakil Ketua DPD Demorkat Jabar Asep Wahyuwijaya mengatakan semua DPD telah berjanji untuk solid bersama Agus. “Jangan yang disampaikan DPD yang abal-abal,” kata Asep di Bogor, Selasa (2/3) dikutip dari Antara.
Kematangan AHY
Analis politik dari Exposit Strategic Arif Susanto mengatakan konflik ini menunjukkan dua hal. Pertama, gagalnya AHY menjalankan sentralisasi kekuasaan politik lantaran konflik yang melibatkan beberapa faksi.
Kedua, faktor kematangan AHY dalam mengelola partai. Ini erat kaitannya dengan kemampuan mantan calon Gubernur DKI Jakarta tersebut dalam mengelola faksi-faksi yang ada di Demokrat.
Kondisi juga tidak menolong lantaran AHY terkesan mereplikasi strategi SBY yang menempatkan diri sebagai pihak yang teraniaya. Isu ini pertama kali muncul saat Agus menggelar konferensi pers adanya upaya kudeta yang ditunggangi pejabat tinggi negara. “Situasinya saat ini berbeda, kalau mau keluar dari kemelut dia harus muncul dengan strategi yang baru,” kata Arif kepada Katadata.co.id, Selasa (2/3).
Dia menjelaskan, meski KLB akan sulit dilakukan lantaran perlu restu SBY selaku Ketua Dewan Pembina, namun konflik ini berpotensi menggerus elektabilitas Demokrat dan AHY. Oleh sebab itu sang Ketum perlu cerdik untuk mengelola faksi yang saat ini berdiri berseberangan dengannya.
“Kemampuan mengelola ini yang perlu dimiliki partai untuk bertahan atau nasibnya seperti Hanura,” katanya.
Adapun Marzuki Alie beranggapan KLB merupakan hal yang sah dalam partai. Meski demikian, ia juga membuka pintu rekonsiliasi jika seluruh pihak memiliki niat membesarkan lagi partai. “Ayo rekonsiliasi, buka pintu komunikasi kalau punya niat membesarkan partai. Beda pandangan biasa dalam partai,” cuitnya dalam akun Twitter @marzulialie_MA, 24 Februari lalu.