Polemik Cat Ulang Pesawat Kepresidenan, Istana: Rencana Sejak 2019
Pengecatan ulang Pesawat Kepresidenan Indonesia-1 atau Pesawat Boeing Business Jet-2 (BBJ 2) hingga menelan biaya sekitar Rp 2 miliar menjadi ramai. Kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono mengatakan, pengecatan dilakukan karena sudah ada bagian yang terkelupas.
Pesawat yang dulunya berwarna biru putih itu dicat ulang sehingga menjadi merah putih. Adapun, pengecatan itu terkait dengan perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun ini.
Heru juga mengatakan pengecatan sudah direncanakan sejak 2019 lalu. "Maka tahun ini dilaksanakan perawatan sekaligus pengecatan yang bernuansa merah putih, sebagaimana telah direncanakan sebelumnya," ujar dia kepada wartawan, Selasa (3/8).
Proses pengecatan sedianya dilakukan sepaket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ. Namun pada 2019, pesawat BBJ 2 belum memasuki jadwal perawatan rutin sehingga pengecatan dilakukan terlebih dahulu untuk Heli Super Puma dan pesawat RJ.
Adapun, perawatan rutin Pesawat BBJ 2 jatuh pada 2021 merupakan perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik. Heru juga menjelaskan waktu pengecatan BBJ 2 lebih efisien karena dilakukan bersamaan dengan proses perawatan.
Namun, perawatan rutin harus dilaksanakan tepat waktu karena memiliki interval waktu yang sudah ditetapkan dan harus dipatuhi. Heru juga membantah pengecatan pesawat BBJ 2 merupakan foya-foya lantaran sudah dialokasikan dalam Anggaran Pendaptan dan Belanja Negara (APBN).
Selain itu, pesawat sudah memasuki usia 7 tahun sehingga perlu dilakukan perawatan besar atau overhaul demi keamanan penerbangan. Terlebih, proses perawatan dan pengecatan dilakukan di dalam negeri. "Ini mendukung industri penerbangan dalam negeri yang terdampak pandemi," katanya.
Di sisi lain, Kementerian Sekretariat Negara telah melakukan refocusing anggaran pada APBN 2020 dan APBN 2021 untuk penanganan Covid-19, sesuai dengan alokasi yang ditetapkan Menteri Keuangan.
Pengamat Penerbangan yang juga Anggota Ombudsman RI Alvin Lie mengatakan biaya cat ulang pesawat setara B737-800 berkisar Rp 1,4 miliar-2 miliar. "Saya merujuk pada biaya yang umumnya berlaku untuk pengecatan ulang pesawat B737-800 penerbangan sipil," kata Alvin kepada Katadata.co.id. Sementara sumber pejabat di lingkaran Jokowi mengakui, biaya pengecatan satu pesawat mencapai Rp 2 miliar.
Menurutnya, ada dua metode pengecatan ulang, yaitu sanding dan stripping. Sanding merupakan pengecatan dengan mengamplas cat lama hingga hilang warnanya. Kemudian, primer dasar yang tersisa ditimpa dengan cat dengan warna dan pola baru.
Sementara, metode stripping dilakukan dengan mengupas cat lama secara keseluruhan hingga ke kulit pesawat (bare metal) sebelum dicat ulang. Umumnya, metode pengecatan yang kerap dipakai ialah metode Sanding dengan biayanya mencapai US$ 100 ribu per pesawat.
Alvin menilai, negara sedang menghadapi pandemi dan krisis ekonomi. Unutk itu, pemerintah semestinya menunjukkan sense of crisis dengan menunda kebutuhan yang tidak mendesak.
Adapun, pengecatan ulang pesawat dinilai bukan kebutuhan mendesak lantaran pesawat Kepresidenan baru berusia 7 tahun dan jarang digunakan. Dengan demikian, anggaran bisa difokuskan pada penanggulangan pandemi.
"Perawatan bagus, penampilan juga masih layak. Tidak ada urgensi dicat ulang atau menngubah warna," kata dia.
Adapun sebelumnya Ketua Badan Pemenangan Pemilu Partai Demokrat Andi Arief sempat menyentil perubahan warna pesawat ini. Mantan Staf Khusus Presiden Bidang Bantuan Sosial dan Bencana Alam ini mengatakan warna biru langit sebenarnya ditujukan untuk meningkatkan keamanan penerbangan.
"Itu desain dan warna karya seorang desainer di TNI Angkatan Udara," kata Andi dalam akun Twitternya.