Jokowi: Jika Tak PPKM, Kasus Covid-19 RI Bisa 160 Ribu pada September
Presiden Joko Widodo menyatakan penularan Covid-19 saat ini sulit diperkirakan dengan cara apapun. Bahkan, jika tak dihentikan, kasus corona bisa melonjak hingga 160 ribu per hari pada September mendatang.
Padahal lonjakan kasus Covid-19 harian sempat menurun hingga 3.500 kasus pada 18 Mei lalu. Namun, munculnya varian Delta di sejumlah wilayah membuat jumlah pasien tiba-tiba melonjak hingga 56 ribu sehari.
Hal ini yang membuat Jokowi akhirnya mengambil kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 3 Juli lalu dan berlanjut PPKM Level 1-4 saat ini.
"Tim di kanan dan kiri saya sampai bilang kalau tidak bisa dihentikan, Agustus kasusnya bisa mencapai 80 ribu, September 160 ribu. Bisa di atas India," kata Jokowi saat pengarahan kepada Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Jawa Timur, Kamis (19/8).
Bahkan Presiden sampai memerintahkan Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kapolri agar fokus saja menangani Covid-19. Ini agar lonjakan penularan tidak bertambah besar.
Presiden lalu mengingatkan para kepala daerah yang hadir untuk tetap waspada dengan pergerakan Covid-19 yang sulit ditebak ini. Apalagi virus ini kerap bermutasi sehingga bisa meledak dalam jumlah besar.
"Terutama Jatim karena penduduknya besar, Pangdam, Kapolda, Kapolres, Dandim, dan Danrem agar memperhatikan isolasi terpusat. Kurangi isolasi mandiri," kata dia.
Jokowi juga berpesan agar Jatim mempercepat vaksinasi Covid-19. Apalagi RI akan kedatangan 70 juta vaksin corona pada bulan ini dan bulan depan.
Terakhir, pemerintah daerah tidak boleh terlambat menyalurkan obat bagi pasien Covid-19. "Masih banyak di bawah ini yang terlambat kalau saya lihat," ujarnya.
Sedangkan epidemiolog memperkirakan penurunan status pandemi menjadi endemi masih akan lama terjadi. Sebagaimana diketahui, pandemi merujuk pada wabah penyakit yang terjadi secara serentak di seluruh dunia sedangkan endemi merupakan penyakit yang berjangkit di suatu daerah atau pada suatu golongan masyarakat tertentu saja.
"Hal ini menjadi endemi bukan dalam waktu dekat," kata Epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman kepada Katadata.co.id, Kamis (19/8).
Sebelum menjadi endemi, pandemi Covid-19 perlu berakhir terlebih dahulu. Dicky memperkirakan, pandemi akan berakhir setidaknya pada pertengahan atau akhir 2022. "Dengan catatan tidak ada varian lebih ganas dari Delta," ujar dia.